Poster Kontroversial “Pabrik Gula”: Manoj Punjabi Berjanji Tetap Berkarya dengan Rasa Hormat

kontroversi poster film Pabrik Gula
Poster film "Pabrik Gula" yang menjadi kontroversi karena dianggap vulgar oleh LSF
Ruang redaksi
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.idManoj Punjabi, produser kenamaan yang telah melahirkan banyak karya fenomenal, akhirnya buka suara terkait kritik tajam terhadap poster film terbarunya, Pabrik Gula. Poster tersebut dianggap terlalu vulgar oleh sejumlah kalangan, termasuk Lembaga Sensor Film (LSF), yang meminta agar desainnya segera direvisi.

Manoj, yang juga CEO MD Pictures, mengungkapkan bahwa desain poster itu sebenarnya dirancang khusus untuk media sosial. Namun, ia mengakui pentingnya mendengar masukan dari berbagai pihak untuk memastikan setiap karya tetap dapat dinikmati tanpa melukai nilai budaya dan norma masyarakat.

“Sebagai seorang kreator, saya selalu berusaha menciptakan sesuatu yang tidak hanya relevan dengan cerita, tetapi juga bisa memancing diskusi. Namun, saya memahami tanggung jawab kami kepada publik dan akan segera mengkaji revisi yang diminta oleh LSF,” ujar Manoj, dengan nada penuh pengertian.

Poster teaser yang memicu kontroversi tersebut menampilkan bayangan seorang perempuan duduk di atas seorang pria dengan latar hitam yang kuat. Manoj menjelaskan bahwa visual tersebut sengaja dipilih untuk menggambarkan tema mendalam dalam Pabrik Gula. Film ini mengangkat isu-isu kompleks yang berkaitan dengan relasi kekuasaan, hasrat, dan ambisi.

“Poster itu memang sengaja dirancang untuk mencerminkan emosi dan ketegangan dalam cerita. Tapi, kami juga harus memastikan agar elemen promosi kami tidak melanggar batas yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang,” lanjutnya.

Noorca Marendra Massardi, Wakil Ketua LSF, sebelumnya menyampaikan bahwa materi promosi yang diterima, termasuk poster, belum mendapatkan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS). Hal ini menjadi alasan utama mengapa poster tersebut tidak boleh disebarluaskan di media publik.

“Kami memutuskan poster ini harus direvisi karena dinilai tidak pantas dan berpotensi memunculkan persepsi yang salah di masyarakat. Proses evaluasi kami bertujuan untuk menjaga etika publik tanpa mengurangi kreativitas para sineas,” ungkap Noorca.

Meski menghadapi kontroversi, Manoj Punjabi menegaskan komitmennya untuk terus menghasilkan karya-karya berkualitas yang relevan dengan zaman. Ia percaya bahwa setiap kritik adalah peluang untuk berkembang.

“Sebagai insan kreatif, kami harus fleksibel dan selalu siap untuk belajar dari pengalaman. Saya berharap Pabrik Gula tetap bisa menjadi karya yang memberikan makna bagi penonton, sekaligus membawa sinema Indonesia ke level yang lebih tinggi,” tutup Manoj dengan penuh optimisme.

Dengan revisi poster dan perhatian terhadap masukan publik, film Pabrik Gula diharapkan tetap dapat menarik perhatian penonton tanpa mengorbankan esensi cerita yang ingin disampaikan. Langkah ini menjadi bukti bahwa industri kreatif Indonesia mampu beradaptasi sekaligus mempertahankan integritasnya.