Kebumen & Meratus Dikukuhkan UNESCO Permata Geologi Indonesia yang Memukau Dunia

Geopark Indonesia diakui UNESCO
Dua geopark Indonesia, Kebumen dan Meratus, resmi diakui UNESCO. Foto:@IG_meratusgeopark
Mascim
Mascim
Print PDF

Ruang.co.id – Kabar membanggakan datang dari dunia pariwisata dan konservasi Indonesia. Dua situs geologi luar biasa, Geopark Kebumen di Jawa Tengah dan Geopark Meratus di Kalimantan Selatan, resmi menyandang status UNESCO Global Geoparks pada pertengahan April 2025. Pengakuan internasional ini tidak hanya menegaskan kekayaan alam nusantara, tetapi juga menjadi bukti nyata keberhasilan konsep pariwisata berkelanjutan yang mengintegrasikan geologi, ekologi, dan budaya lokal.

Mengapa Pengakuan UNESCO Ini Begitu Strategis?

Dalam dunia pariwisata global, sertifikasi UNESCO Global Geoparks merupakan penanda kualitas tertinggi untuk destinasi geowisata. Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, menekankan bahwa geopark bukan sekadar tempat wisata biasa. Lebih dari itu, kawasan ini berfungsi sebagai living laboratory yang mendemonstrasikan bagaimana pembangunan ekonomi bisa berjalan beriringan dengan pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan masuknya Kebumen dan Meratus, Indonesia kini memiliki tujuh geopark bersertifikat UNESCO, menempatkannya sebagai salah satu negara dengan jumlah geopark terbanyak di Asia Tenggara. Pencapaian ini sekaligus mengukuhkan posisi Indonesia sebagai destinasi geowisata kelas dunia yang mampu bersaing dengan negara-negara seperti China dan Jepang.

Mengulik Keajaiban Geopark Kebumen: Catatan Geologi yang Hidup

Fenomena Tabrakan Lempeng di Karangsambung

Kawasan Karangsambung di Kebumen menyimpan bukti fisik tabrakan lempeng samudra dan benua yang terjadi puluhan juta tahun lalu. Para ahli geologi menyebut daerah ini sebagai “jendela bumi” karena batuan yang tersingkap di permukaan memberikan gambaran utuh tentang proses tektonik yang membentuk Pulau Jawa.

Tidak berhenti di situ, Geopark Kebumen juga menyimpan fosil ekosistem laut purba yang terawetkan dengan sempurna. Batuan gamping di daerah ini mengandung berbagai jenis fosil kerang dan hewan laut lainnya yang menjadi saksi bisu sejarah geologi Jawa.

Baca Juga  Jadwal Buka Puasa Surabaya 6 Maret 2025: Waktu Tepat, Doa, dan Tips Sehat untuk Berbuka
Harmoni Alam dan Budaya yang Tak Terpisahkan

Keunikan Kebumen tidak hanya terletak pada bentang alamnya yang spektakuler. Masyarakat lokal telah mengembangkan sistem pengetahuan tradisional yang beradaptasi dengan kondisi geologi kawasan. Salah satunya adalah teknik pertanian tumpang sari yang telah dipraktikkan sejak zaman Megalitikum dan masih bertahan hingga kini.

Di bidang konservasi, masyarakat pesisir Kebumen aktif terlibat dalam program perlindungan penyu hijau di sepanjang pantai selatan. Kegiatan ini tidak hanya menyelamatkan spesies langka, tetapi juga menciptakan ekonomi kreatif berbasis ekowisata yang memberdayakan warga lokal.

Meratus: Harta Karun Geologi dari Zaman Jurassic

Ofiolit Tertua dan Potensi Tambang Berharga

Geopark Meratus menyimpan kompleks ofiolit tertua di Indonesia, yaitu batuan yang berasal dari kerak samudra purba berusia lebih dari 145 juta tahun. Kawasan ini menjadi surga bagi peneliti geologi karena mengandung berbagai mineral berharga, termasuk indikasi keberadaan intan yang menjadi ciri khas Kalimantan.

Ekosistem Unik dan Upaya Konservasi

Lanskap geologi Meratus yang unik telah menciptakan ekosistem endemik yang menjadi rumah bagi flora dan fauna langka. Salah satu yang paling ikonik adalah bekantan (Nasalis larvatus), primata endemik Kalimantan yang berhasil diselamatkan dari ancaman kepunahan melalui program rehabilitasi mangrove.

Tidak kalah menarik adalah anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) yang tumbuh subur di kawasan ini. Keindahan bunga ini telah menginspirasi berbagai motif kain Sasirangan, tekstil tradisional Banjar yang sarat makna filosofis.

Dampak Pengakuan UNESCO bagi Masa Depan Geowisata Indonesia

Pengakuan UNESCO membawa tiga dampak strategis bagi pengembangan geopark di Indonesia. Pertama, peningkatan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang tertarik dengan wisata edukasi. Kedua, penguatan ekonomi kreatif melalui pengembangan produk lokal berbasis geowisata. Ketiga, perlindungan lingkungan yang lebih sistematis melalui pendanaan dan pertukaran pengetahuan internasional.

Baca Juga  Sejarah dan Asal Usul Istilah 'Ngabuburit' di Indonesia, Tradisi Unik Menunggu Buka Puasa

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menyiapkan roadmap pengembangan geopark yang mencakup pembangunan infrastruktur, pelatigan pemandu wisata, dan penguatan kelembagaan masyarakat. Langkah ini diharapkan bisa memaksimalkan manfaat pengakuan UNESCO bagi kesejahteraan masyarakat sekitar geopark.