Janda Mamuju Cari Jodoh: Menebar Asa di Tengah Duka
Di antara puing-puing bangunan yang hancur dan kesedihan yang masih mendalam, para janda korban gempa Mamuju mencoba bangkit menata hidup. Di tengah perjuangan mereka, asa menemukan jodoh kembali menjadi secercah harapan yang mereka dambakan.
Gempa berkekuatan 6,2 SR yang mengguncang Mamuju pada 15 Januari 2021 menyisakan duka mendalam bagi masyarakat. Banyak keluarga kehilangan orang-orang tercinta, termasuk para suami. Bagi para janda, kehilangan tersebut tidak hanya menghadirkan kesedihan, tetapi juga kekhawatiran tentang masa depan.
“Suami saya meninggal saat gempa. Saya merasa sangat kehilangan dan tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup,” ujar Nuraini, seorang janda berusia 35 tahun.
Dalam situasi seperti ini, menemukan jodoh kembali menjadi sebuah kebutuhan bagi para janda. Tidak hanya untuk mengisi kekosongan hati, tetapi juga untuk mendapatkan dukungan dan perlindungan. Namun, pencarian jodoh di tengah kondisi pascagempa bukanlah hal yang mudah.
“Kami tinggal di tenda pengungsian. Sulit untuk bertemu orang baru dan membangun hubungan,” kata Rini, janda berusia 40 tahun.
Meski menghadapi tantangan, para janda tetap bersemangat mencari sosok pendamping hidup. Mereka memanfaatkan berbagai cara, mulai dari bertanya kepada teman dan kerabat hingga bergabung dengan komunitas online.
“Saya bergabung dengan grup Facebook untuk korban gempa. Di sana, saya berkenalan dengan banyak orang, termasuk beberapa pria lajang,” ujar Dewi, janda berusia 30 tahun.
Selain upaya individu, beberapa organisasi kemanusiaan juga memfasilitasi program pencarian jodoh bagi para janda. Salah satunya adalah Yayasan Muslim Care Mamuju.
“Kami menyadari bahwa kebutuhan untuk menemukan jodoh menjadi sangat penting bagi para janda korban gempa. Karena itu, kami mengadakan program perjodohan untuk membantu mereka,” kata Manajer Yayasan Muslim Care Mamuju, Ibnu Hajar.
Program perjodohan yang diselenggarakan yayasan tersebut meliputi pendataan janda, pembuatan profil, dan pertemuan dengan calon pasangan. Sejak diluncurkan, program ini telah membantu beberapa janda menemukan jodohnya.
“Saya sangat bersyukur kepada Allah dan Yayasan Muslim Care. Berkat program perjodohan ini, saya bisa menemukan tambatan hati yang baru,” ujar Sari, janda berusia 35 tahun yang telah menikah kembali.
Meski pencarian jodoh di tengah kondisi pascagempa penuh dengan tantangan, para janda Mamuju tetap optimis. Mereka percaya bahwa dengan semangat pantang menyerah dan dukungan dari berbagai pihak, mereka akan mampu menata masa depan dan menemukan kebahagiaan kembali.
“Kami tidak akan menyerah. Kami ingin hidup bahagia dan kami berhak mendapatkan cinta,” kata Nuraini dengan penuh keyakinan.
Pencarian jodoh bagi para janda korban gempa Mamuju bukan hanya sekadar tentang menemukan pasangan hidup. Ini juga merupakan simbol dari kebangkitan dan harapan di tengah duka. Dengan setiap jodoh yang ditemukan, secercah cahaya baru menerangi jalan mereka menuju masa depan yang lebih cerah.