BHS Tutup Kompetisi Pencak Silat Piala Hasyim 2024: Ajang Prestasi Atlet Muda Surabaya

BHS tutup Kompetisi Pencak Silat Piala Hasyim
Kompetisi Pencak Silat Piala Hasyim 2024 resmi ditutup. Ajang ini melibatkan 296 peserta tingkat SD dan SMP di Surabaya, dengan fokus menjaring bibit atlet berprestasi.
Ruang redaksi
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.id – Kompetisi Pencak Silat Piala Hasyim 2024 sukses digelar di Sekolah Wachid Hasyim Surabaya pada 26-27 Desember 2024. Ajang ini diikuti oleh 296 peserta dari 19 kontingen tingkat SD dan SMP se-Surabaya. Pertandingan ini resmi ditutup oleh Ketua Umum Pengprov IPSI Jatim, Bambang Haryo Soekartono (BHS), pada Jumat (27/12/2024) malam.

Sebanyak 154 partai tanding dan 55 partai semi-penampilan memeriahkan kompetisi ini. Ketua Umum IPSI Jatim mengapresiasi ajang ini sebagai langkah strategis menjaring bibit atlet potensial di cabang seni bela diri tradisional.

Dalam sambutannya, BHS menekankan bahwa pencak silat bukan hanya tentang olahraga fisik, tetapi juga alat pembentukan karakter, kedisiplinan, dan akhlak. Dengan reputasi internasional pencak silat saat ini, pemerintah pusat bahkan merencanakan seni bela diri ini masuk ke kurikulum SD, SMP, dan SMA mulai tahun depan.

“Kejuaraan ini memberikan kesempatan kepada atlet-atlet pesilat Surabaya untuk meningkatkan prestasi. Kami berharap, mereka bisa melaju hingga tingkat provinsi, nasional, bahkan internasional,” ujar BHS.

BHS tutup Kompetisi Pencak Silat Piala Hasyim

BHS juga menyoroti potensi besar atlet pencak silat Jatim, yang selama ini dikenal sebagai gudang talenta. Ia bangga menyebutkan bahwa dua pesilat asal Jatim telah meraih medali emas dan perak di tingkat dunia.

Kejuaraan Piala Hasyim tak hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga peluang besar bagi para pesilat muda untuk melanjutkan pendidikan melalui jalur prestasi. Sertifikat yang mereka dapatkan bisa digunakan untuk mendaftar ke sekolah menengah atas negeri, perguruan tinggi, bahkan institusi TNI/Polri.

Dalam pertandingan, penampilan atraksi seni bela diri “Joko Tole” menjadi pembuka yang memukau. Kolaborasi antara seni dan kekuatan fisik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton.

“Pertandingan seperti ini penting untuk mengasah skill sejak dini. Bahkan, silat bisa menjadi jalan menuju beasiswa dan masa depan cerah,” tambah BHS.

BHS memberikan apresiasi lebih kepada para juara dengan menambahkan bonus uang tunai. Juara pertama mendapat tambahan Rp2 juta, juara kedua Rp1,5 juta, dan juara ketiga Rp1,25 juta. Selain itu, pesilat terbaik kategori remaja dan usia dini masing-masing mendapatkan bonus Rp750 ribu dan Rp600 ribu.

“Ini adalah bentuk motivasi agar atlet semakin semangat berprestasi dan melestarikan budaya bela diri kita,” ujar BHS.

Selain bonus dari BHS, Yayasan Wachid Hasyim juga memberikan dana apresiasi bagi para pemenang.

Menanggapi rencana memasukkan pencak silat ke dalam kurikulum sekolah, BHS menegaskan bahwa IPSI Jatim sangat mendukung langkah ini. Namun, ia juga mengingatkan bahwa implementasi kurikulum ini memerlukan waktu untuk pelatihan guru.

“Silat tak hanya soal prestasi, tapi juga akhlak, karakter, dan mental. Ini adalah warisan bangsa yang harus terus dikembangkan,” tutup BHS.

Sekretaris Umum Yayasan Wachid Hasyim, Sobakhul Khoir, menambahkan bahwa pembelajaran silat bertujuan untuk membekali anak-anak agar mampu membela diri dalam situasi mendesak, bukan untuk tawuran atau gagah-gagahan.

“Kami berharap ajang ini dapat menjadi batu loncatan bagi anak-anak untuk terus berprestasi di masa depan,” tandas Sobakhul.