Ruang.co.id – Setiap kali Idulfitri tiba, hampir seluruh masyarakat Indonesia ramai mengucapkan “Minal aidin wal faizin”. Namun, tahukah Anda bahwa ucapan ini sering disalahpahami? Banyak yang mengira frasa ini sekadar pengganti dari “mohon maaf lahir dan batin”. Padahal, maknanya jauh lebih dalam dan sarat dengan doa.
Faktanya, kalimat ini merupakan potongan dari sebuah doa lengkap dalam bahasa Arab. Melalui artikel ini, kita akan mengupas makna sebenarnya, sejarahnya dalam Islam, dan bagaimana seharusnya kita menggunakannya agar tidak kehilangan esensi spiritualnya.
Asal-Usul Ucapan Minal Aidin Wal Faizin dalam Tradisi Islam
Menurut penjelasan Ustadz Adi Hidayat, frasa “Minal aidin wal faizin” sebenarnya berasal dari para ulama mutaakhirin, yaitu generasi setelah masa salaf. Kalimat lengkapnya adalah:
“Ja’alanallahu minal aidin wal faizin” (جَعَلَنَا اللَّهُ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ), yang berarti “Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang kembali (fitrah) dan orang yang beruntung.”
Ucapan ini kemudian menyebar luas di Indonesia dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Lebaran. Namun, sayangnya, banyak yang melafalkannya tanpa memahami makna mendalam di baliknya.
Makna Filosofis di Balik Dua Kata Kunci: “Aidin” dan “Faizin”
Kata “al-aidin” merujuk pada orang-orang yang kembali, yaitu kembali kepada fitrah setelah sebulan berpuasa dan beribadah di bulan Ramadan. Sementara “al-faizin” berarti orang-orang yang memperoleh kemenangan, yakni kemenangan melawan hawa nafsu dan godaan selama Ramadan.
Dengan demikian, ucapan ini bukan sekadar basa-basi, melainkan sebuah doa agar kita benar-benar menjadi pribadi yang suci dan berhasil mencapai tujuan puasa.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum – Ucapan yang Lebih Dianjurkan
Meskipun “Minal aidin wal faizin” populer, dalam tradisi Nabi Muhammad SAW, ucapan yang lebih utama adalah:
“Taqabbalallahu minna wa minkum” (تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ), yang artinya “Semoga Allah menerima amal kami dan kalian.”
Ucapan ini lebih bersifat spiritual karena berfokus pada penerimaan amal ibadah, bukan sekadar harapan kembali fitrah.
Mana yang Lebih Baik Digunakan?
Tidak ada larangan menggunakan “Minal aidin wal faizin”, karena ia tetap mengandung doa yang baik. Namun, alangkah lebih sempurna jika kita menggabungkannya dengan “Taqabbalallahu minna wa minkum” agar lebih sesuai dengan sunnah Nabi.
Misalnya:
“Taqabbalallahu minna wa minkum, wa ja’alanallahu minal aidin wal faizin.”
Artinya: “Semoga Allah menerima amal kami dan kalian, serta menjadikan kami termasuk orang yang kembali fitrah dan beruntung.”
Kesalahan Umum dalam Penggunaan Ucapan Lebaran
Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah menganggap “Minal aidin wal faizin” sama dengan permintaan maaf. Padahal, ia adalah doa, bukan pengganti “mohon maaf lahir batin”.
Selain itu, banyak yang hanya mengucapkannya secara turun-temurun tanpa memahami makna sebenarnya. Akibatnya, nilai spiritual dari ucapan ini sering kali hilang dan berubah menjadi sekadar formalitas budaya.
Mari Hidupkan Makna Sebenarnya!
Kini, Anda tidak hanya sekadar mengucapkan “Minal aidin wal faizin”, tetapi juga memahami makna, sejarah, dan cara terbaik menggunakannya. Dengan begitu, ucapan Lebaran kita tidak hanya menjadi tradisi, tetapi juga bernilai ibadah.
Bagaimana Mengucapkan Lebaran dengan Penuh Makna?
Agar Lebaran lebih bermakna, cobalah untuk:
- Menggunakan “Taqabbalallahu minna wa minkum” sebagai ucapan utama.
- Menjelaskan makna “Minal aidin wal faizin” jika ada yang bertanya.
- Memisahkan antara doa dan permintaan maaf, misalnya:
“Taqabbalallahu minna wa minkum. Saya juga mohon maaf lahir dan batin.”