ruang

Pakar ITS Serukan Mitigasi Angin Puting Beliung Memasuki Musim Hujan dan Cuaca Ekstrem

Mitigasi angin puting beliung
Pakar ITS menyerukan kesiapsiagaan menghadapi angin puting beliung. Simak langkah mitigasi, peran triple helix, dan inovasi teknologi untuk mencegah dampak cuaca ekstrem.
Ruang redaksi
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.id – Memasuki musim penghujan, angin puting beliung menjadi ancaman serius di beberapa wilayah Indonesia. Fenomena ini telah menimbulkan kerusakan infrastruktur dan vegetasi yang cukup signifikan. Menyikapi hal ini, pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyerukan Mitigasi kesiapsiagaan masyarakat melalui pemeriksaan infrastruktur dan sinergi lintas sektor.

Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si., peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, menjelaskan bahwa perubahan iklim global menjadi pemicu utama cuaca ekstrem. “Angin puting beliung terjadi akibat awan cumulonimbus yang menghasilkan angin berkecepatan tinggi. Fenomena ini semakin sering terjadi dengan intensitas yang meningkat,” ungkap Amien.

Ia menambahkan, kerusakan yang terjadi akibat angin puting beliung sering kali juga dipengaruhi oleh kelemahan struktural. Pohon tua atau keropos serta rumah dengan atap yang tidak kokoh menjadi faktor risiko tambahan.

Amien menyarankan masyarakat untuk rutin memeriksa kondisi rumah dan lingkungan sekitar. “Pastikan atap rumah kuat dan pohon di sekitar tidak dalam kondisi keropos. Jangan menaruh benda berat di area pohon,” ujarnya.

ITS sendiri telah mengambil langkah proaktif, salah satunya dengan menggelar webinar Antisipasi Angin Puting Beliung yang melibatkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Webinar ini mengedukasi masyarakat untuk menghadapi fenomena ini dengan lebih siap.

Pendekatan triple helix—melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat—dianggap penting untuk meminimalkan dampak angin puting beliung. Amien mencontohkan, masyarakat dapat melaporkan kondisi vegetasi yang berisiko kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH), sementara akademisi memetakan risiko pohon melalui risk tree assessment.

ITS juga tengah mengembangkan alat pendeteksi kesehatan pohon untuk mengidentifikasi kekosongan kambium, yang merupakan tanda pohon berpotensi roboh. “Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan keamanan lingkungan,” tambahnya.

Baca Juga  Sengap Siap Terima Kritik dan Protes Jika Terpilih Jadi Wakil Bupati Tabanan

Amien mengingatkan pentingnya kerja sama semua pihak. “Dengan sinergi dan kesadaran kolektif, kita dapat meminimalkan risiko dan melindungi keselamatan masyarakat,” pungkasnya.