Menjahit Rindu di Reuni Syawalan AWS: Kisah Dua Sahabat Jurnalis yang Menghangatkan Hati

Reuni Syawalan Alumni AWS
Foto bersama alumni AWS di Reuni Syawalan 1446 H di Regantris Hotel Surabaya, menampilkan keakraban dan tawa hangat peserta lintas angkatan. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Ruang.co.id — Ada yang lebih dari sekadar temu kangen di acara Syawalan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah lintas Alumni AWS (Akademi Wartawan Surabaya) dan STIKOSA-AWS’ (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya) ini. Ada rindu yang dijahit, kenangan yang dipeluk, dan tentu saja, hati yang dijaga.

Segalanya bermula seminggu sebelum Ramadhan berakhir. Sebuah pesan singkat di WhatsApp Grup Alumni AWS & STIKOSA-AWS mengudara: ajakan sederhana untuk mengadakan Halal Bihalal dan temu kangen lintas angkatan.

Ajakan itu mengalir cepat, seperti sungai yang bertemu hujan. Alumni dari berbagai tahun — dari era 70-an hingga 80-an — merespons dengan antusias. Tempatnya semula direncanakan di kampus tercinta, Stikosa-AWS, namun karena lonjakan peserta, acara akhirnya berpindah ke Regantris Hotel, Jalan Dr. Soetomo, Surabaya.

“Mengingat kondisi, peserta harus kami batasi,” ujar Riamah, MD, ketua panitia, sembari tersenyum penuh permintaan maaf.

Ada yang berubah, ada pula yang tetap sama. Dulu, temu alumni kerap dihelat di rumah-rumah alumni. Kini, tempat bergeser, namun semangat tetap membara: kangen, tawa, dan cerita yang tak habis dibagikan.

Saban acara, polanya berulang. Awal acara selalu heboh — penuh perdebatan kecil soal teknis, soal siapa datang siapa absen. Tengah acara berubah seru, membanjir cerita masa muda dan suka duka profesi wartawan. Dan ketika waktu memanggil untuk berpisah, rasa bahagia mengalir begitu deras, menghangatkan hati.

Ada berita suka, tentang karier gemilang, tentang anak-cucu yang membanggakan. Ada juga kabar duka: tentang kawan seperjuangan yang telah berpulang. Begitulah kehidupan, kata seorang alumni senior, “Seperti naskah berita — selalu ada awal dan akhir, dengan banyak cerita di antaranya.”

Baca Juga  Persiapan dan Tradisi Idul Fitri! Panduan Lengkap Sambut Hari Kemenangan dengan Penuh Makna

Di tengah ramainya acara, ada kisah istimewa tentang dua sahabat karib: Zainal Arifin Emka dan Tanjung Suparnadi. Mereka bertemu di kampus AWS, dua anak muda dari Jember dan Tanggul yang disatukan oleh mimpi dan semangat menjadi wartawan.

Markas kecil di Bogen, Tambaksari, menjadi saksi perjuangan mereka. Di ruang sempit itu, tawa, lapar, dan cita-cita dibagi bersama. Dari sana, mereka berlayar ke dunia jurnalistik: menjadi wartawan di media ternama, membangun tabloid, hingga akhirnya menjejakkan karier di pemerintahan.

“Saya bertahan di Bogen, malah dapat jodoh,” kata Mas Zai sambil tergelak, menceritakan kisah cinta yang bersemi di rumah kos.

Sementara itu, Mas Tanjung, lewat jalur rekomendasi sahabatnya, berkarier di dunia kehumasan hingga pensiun dengan manis.

Sebanyak 47 alumni hadir, datang dari berbagai penjuru: Jakarta, Karawang, Bogor, Yogyakarta, Magetan, Malang, Probolinggo, dan tentu saja Surabaya. Tak hanya wartawan, mereka kini ada yang menjadi dosen, pengusaha, hingga tokoh masyarakat.

Tiga jam lebih waktu berjalan. Saat salam-salaman mengakhiri pertemuan, lagu “Jaga Selalu Hatimu” dari Seventeen mengalun pelan. Seperti menyuarakan harapan semua yang hadir: agar hati-hati ini tetap saling terhubung, apapun nanti.

Acara boleh usai, tapi semangat dan kenangan itu seperti bara yang terus hidup. Karena sejatinya, reuni bukan sekadar bertemu wajah-wajah lama — tapi tentang menyatukan cerita, menjaga kenangan, dan tentu saja, menjaga hati.