Ruang.co.id – Dunia lari diguncang oleh kehadiran sepatu plate carbon sejak Nike meluncurkan Vaporfly pada 2017. Data dari Journal of Sports Science (2023) menunjukkan, 78% pelari marathon sub-3 jam kini memakai teknologi ini. Tapi di balik hype-nya, apakah benar semua pelari perlu berinvestasi ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk sepasang sepatu?
Mengapa Plate Carbon Bisa Mengubah Performa Lari?
Fisika di Balik Efek “Pegas” Carbon Fiber
Lapisan serat karbon yang kaku namun fleksibel bekerja seperti ketapel. Saat kaki menekan tanah, plate menyimpan energi kinetik lalu melepaskannya saat melangkah. Hasil riset University of Boulder membuktikan: efisiensi energi meningkat 4-6%, setara dengan menghemat 1 detik per 400 meter untuk pelari elite.
Busa Midsole Generasi Terbaru yang Bikin Betah Berlari
Bahan seperti ZoomX (Nike) dan Lightstrike Pro (Adidas) bukan sekadar empuk. Mereka memiliki energy return hingga 87%ābandingkan dengan busa EVA tradisional yang hanya 60%. Ini berarti lebih sedikit energi yang terbuang percuma.
Kontroversi yang Tak Bisa Diabaikan
“Doping Teknologi” dalam Atletik
World Athletics sempat mempertimbangkan pelarangan sepatu plate carbon setelah rekor dunia dipecahkan beruntun. Aturan baru kini membatasi:
- Ketebalan sol maksimal 40mm
- Hanya 1 lapis carbon plate
- Harus tersedia untuk umum (tidak custom atlet)
Risiko Cedera yang Sering Diabaikan
Dr. Andi P, podiatris dari RS Mitra Kemayoran, memperingatkan: “Pelari dengan overpronasi berat atau teknik foot strike tidak ideal justru rentan cedera achilles tendon jika dipaksakan pakai plate carbon.”
Tips Memilih Plate Carbon Tanpa Salah Langkah
Bagi pemula, jangan langsung tergoda diskon. Perhatikan 3 hal krusial:
- Frekuensi Pemakaian
Gunakan hanya untuk race day atau interval training. Pakai sepatu biasa untuk long run agar plate carbon awet. - Kesesuaian dengan Gaya Lari
Pelari forefoot striker dapat manfaat maksimal, sementara heel striker mungkin kurang nyaman. - Budget vs Kebutuhan
Tak harus beli termahal. Varian “entry-level” seperti Puma Deviate Nitro 2 (Rp2.3 juta) sudah cukup untuk pemula.
(Sumber)

