Ruang.co.id – Timnas Indonesia U-23 harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor 1-0 di laga puncak Piala AFF 2025. Pertandingan sengit yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Selasa malam (30/7/2025) ini menjadi bukti ketangguhan tim berjuluk The Golden Star tersebut. Gol tunggal Nguyen Cong Phuong di menit ke-36 babak pertama menjadi penentu kemenangan sekaligus mengukuhkan Vietnam sebagai juara.
Kekalahan ini terasa begitu pahit mengingat Timnas Garuda Muda sebenarnya menciptakan beberapa peluang emas. Sayangnya, Dony Pamungkas dan kawan-kawan kesulitan menembus pertahanan Vietnam yang terorganisir rapi. Mental pemain dinilai belum siap menghadapi tekanan laga final, sementara Vietnam tampil lebih matang dan disiplin. Robby Darwis sebagai kapten tim pun kesulitan memimpin lini tengah untuk membongkar pertahanan lawan.
Meski hasil tak berpihak, semangat suporter Timnas Indonesia tidak pernah surut. Ribuan supporter Garuda yang memadati Stadion GBK terus menyanyikan yel-yel penyemangat hingga peluit akhir berbunyi. Di luar stadion, puluhan ribu penggemar lain menyaksikan pertandingan melalui acara nonton bareng (nobar) yang digelar di berbagai daerah, termasuk di Masjid Al-Haq Surabaya.
Acara nobar yang diinisiasi takmir Masjid Al-Haq ini berhasil menciptakan atmosfer unik. Ustadz Achmad Hariri, salah satu penggagas kegiatan, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan mendekatkan generasi muda dengan masjid melalui kegiatan yang relevan. “Kami ingin anak muda merasakan kebersamaan yang berbeda, tidak sekadar shalat tapi juga berempati bersama lewat sepak bola,” ujarnya. Sebelum pertandingan, jamaah mengisi waktu dengan shalat Maghrib berjamaah dan tadarus Al-Qur’an, menunjukkan harmoni antara nilai spiritual dan nasionalisme.
Kekalahan ini memicu gelombang kritik terhadap kesiapan mental pemain dan strategi tim. Erwin Priyono, salah satu suporter yang hadir di nobar Masjid Al-Haq, menyatakan kekecewaannya. “Kami kecewa karena seharusnya tim bisa bermain lebih baik. Banyak peluang terbuang, dan mental pemain tampak grogi,” ujarnya.

Namun, di balik kritik, banyak pula yang mengapresiasi perjuangan pemain. Ustadz Hariri menegaskan bahwa kekalahan adalah bagian dari proses belajar. “Mereka sudah berjuang maksimal. Yang penting sekarang adalah introspeksi dan persiapan lebih matang untuk turnamen selanjutnya,” tambahnya.
Di sisi lain, Timnas Vietnam U-23 kembali membuktikan kelasnya di kancah sepak bola Asia Tenggara. Kemenangan ini menjadi bukti konsistensi mereka di ajang Piala AFF. Nguyen Cong Phuong, pencetak gol kemenangan, menjadi bintang lapangan dengan permainan cerdas dan efisien.
Bagi Timnas Indonesia U-23, kegagalan di final harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh. Beberapa hal krusial yang perlu dibenahi antara lain kesiapan mental pemain dalam menghadapi tekanan laga besar dan efektivitas strategi dalam membaca permainan lawan.
Dukungan suporter yang begitu besar seharusnya menjadi motivasi tambahan bagi para pemain. “Jadikan kekalahan ini sebagai batu loncatan. Kalian adalah kebanggaan bangsa,” Pungkas Ustadz Hariri. Dengan kerja keras dan evaluasi mendalam, harapan untuk melihat Timnas Indonesia juara suatu hari nanti tetap menyala.

