Ruang.co.id – Jalanan sekitar MTsN 3 Surabaya pagi itu berubah menjadi ramai. Hampir seribu siswa berparade dengan kostum unik memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-80. Karnaval ini bukan sekadar atraksi biasa, melainkan bukti nyata bagaimana generasi muda mengisi kemerdekaan dengan kreativitas tanpa batas.
Sorotan utama tertuju pada busana daur ulang sampah plastik yang dikreasikan siswa. Cayla Anella, salah satu peserta, mengenakan kostum bertema penjajahan dari plastik bekas. “Kami patungan bahan dan membuatnya selama dua minggu. Meski berat, terutama sayapnya, tapi bangga bisa tampil berbeda,” ujarnya. Tak kalah menarik, beberapa siswa memilih kostum horor seperti kuntilanak dan genderuwo, menciptakan kontras unik dengan tema nasionalis. Sabtu, (16/8/2025).
Dra. Asmiati, M.Pd., Kepala MTsN 3 Surabaya, menegaskan bahwa ide karnaval dan lomba berasal dari siswa sendiri. “Mulai dari jalan sehat kreatif, lomba kaligrafi, hingga Mobile Legends semua usulan mereka. Kami hanya memfasilitasi,” katanya. Pendekatan partisipatif ini rupanya berhasil memicu totalitas siswa dalam berkarya. Bahkan, lomba pidato bertema kemerdekaan menjadi ajang unjuk gigi kemampuan public speaking.
Karnaval ini sarat dengan pesan moral. Di balik gemerlap kostum daur ulang, terselip kampanye peduli lingkungan. Sampah plastik yang biasanya terbuang, disulap menjadi mahakarya. Sementara itu, tema kemerdekaan dan sosial mengingatkan akan nilai patriotisme dan kebersamaan. Warga sekitar yang menyaksikan pun tak henti memberi aplaus. “Ini contoh nyata bagaimana sekolah bisa jadi pusat edukasi yang menyenangkan,” ujar seorang pengunjung.
Acara ini tidak hanya memeriahkan peringatan 17 Agustus, tetapi juga memperkuat ikatan antara siswa, guru, dan masyarakat. Antusiasme peserta terlihat dari persiapan matang mereka, mulai dari desain kostum hingga latihan parade. “Kami ingin menunjukkan bahwa kemerdekaan harus diisi dengan hal produktif, bukan hanya upacara,” tambah Dra. Asmiati.
Karnaval MTsN 3 Surabaya menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan bisa diekspresikan melalui berbagai cara. Dari kreasi seni hingga teknologi (seperti lomba Mobile Legends), siswa membuktikan bahwa mereka tidak hanya konsumen era digital, tetapi juga pencipta konten kreatif. Diharapkan, kegiatan seperti ini bisa memicu sekolah lain untuk mengadopsi model serupa.

