Jejak Hijau Pesantren Jatinom Menuju Tahta Eco Pesantren 2025

eco pesantren
Proses verifikasi daring dan tim eco pesantren Pondok Jatinom Blitar yang fokus pada kelestarian lingkungan. Foto: Istimewa
Ruang Sely
Ruang Sely
Print PDF

Blitar, Ruang.co.id – Pondok Pesantren Maftahul Uluum Jatinom di Blitar menorehkan catatan gemilang dengan menjadi satu-satunya perwakilan yang melangkah ke tahap penilaian tingkat Provinsi untuk Anugerah Eco Pesantren 2025. Pasca melaksanakan verifikasi daring oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Senin (17/11/25). Pesantren tua yang berdiri sejak 1868 ini semakin mendekatkan diri pada gelar prestisius tersebut. Semangat harmonisasi dengan alam yang diusungnya menjadi fondasi utama dalam setiap aktivitas di lingkungan pesantren.

Proses verifikasi yang dipandu oleh Mita Triani, SS, MM, selaku Penyuluh Lingkungan Hidup DLH Jatim, berlangsung secara mendalam dan komprehensif. Dalam pertemuan virtual tersebut, tim verifikasi menyelami berbagai aspek pengelolaan lingkungan yang diterapkan Pondok Jatinom. Aspek-aspek kriteria penilaian mencakup manajemen kebersihan, pengelolaan sampah, ketersediaan ruang terbuka hijau, hingga sanitasi yang berkelanjutan.

Yang tak kalah penting, tim juga mengkaji secara detail pengelolaan budidaya anggur dan domba yang dijalankan pesantren. Keterkesanan Mita Triani tidak dapat disembunyikan menyaksikan langsung sinergi yang terbangun antara berbagai elemen tersebut. Ia dengan tegas menyampaikan apresiasinya atas model pengelolaan yang sinergis dan kolaboratif, terutama pada sistem budidaya anggur yang memanfaatkan pupuk organik dari kotoran domba.

Keberhasilan Pondok Jatinom mencapai tahap ini tidak lepas dari komitmen kuat seluruh jajaran pesantren. Verifikasi daring tersebut dihadiri langsung oleh Wakil Pengasuh, H. Ahmad Khubby Ali Rohmad, M.Si, yang akrab disapa Gus Bobby. Kehadirannya didampingi oleh tim eco pesantren internal serta Hakim Catur, S.Hut., M.Eng, selaku Kabid Peningkatan Kapasitas Lingkungan DLH Kabupaten Blitar, menunjukkan kolaborasi yang solid antara pesantren dan pemerintah daerah.

Kolaborasi ini menjadi kekuatan untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip kelestarian lingkungan tidak hanya menjadi wacana. Gus Bobby dalam kesempatan itu menegaskan bahwa semangat para santri tidak boleh berhenti pada aktivitas mengaji dan menuntut ilmu di dalam kelas. Nilai-nilai ilmu agama harus diamalkan secara nyata dalam kehidupan, termasuk dalam menjaga harmoni dengan lingkungan hidup.

Baca Juga  Benteng Moral Pesantren Terluka oleh Trans7, Ini Sikap Tegas JKSN

Bagi Gus Bobby dan seluruh keluarga Pondok Jatinom, perjalanan menuju Eco Pesantren 2025 bukan semata-mata membidik sebuah piagam atau piala. Esensi yang jauh lebih penting adalah bagaimana nilai-nilai edukasi yang tertanam dapat menjadi semangat abadi dalam menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan. Prinsip kebersihan, keseimbangan alam, penghematan energi, dan pengelolaan sampah yang tertib dipandang sebagai nilai-nilai islami yang wajib dikembangkan dalam keseharian.

Pondok Pesantren Maftahul Uluum Jatinom Blitar
Pondok Pesantren Maftahul Uluum Jatinom Blitar lolos verifikasi Eco Pesantren. Konsep harmoni lingkungan dengan budidaya anggur dan domba. Foto: Istimewa

Pesantren yang kini mengelola pendidikan tingkat MTs dan MA dengan basis Salafiyyah ini membuktikan bahwa kesalehan individual harus berjalan beriringan dengan kesalehan ekologis. Komitmen terhadap konservasi lingkungan hidup dan pengembangan life skill santri diwujudkan melalui program unggulan seperti budidaya anggur dan domba. Saat ini, terdapat 190 varian anggur dari 20 negara berbeda yang dikembangkan dengan teliti di pesantren, sebuah living laboratory yang sangat berharga.

Program budidaya anggur tidak hanya sekadar penghijauan. Empat varian anggur dengan nama lokal bahkan sedang dalam proses uji kelayakan di Kementerian Pertanian RI. Proses ini merupakan langkah strategis sebelum varietas-varietas unggulan tersebut dapat dilepas ke pasar secara resmi. Inisiatif ini menunjukkan level kemandirian dan inovasi yang tinggi, sekaligus menjadi contoh nyata bagaimana sebuah pesantren dapat menjadi pusat pengembangan pertanian yang modern dan ramah lingkungan.

Dengan memanfaatkan kotoran domba sebagai kompos untuk kebun anggur, Pondok Jatinom telah menciptakan sebuah siklus ekonomi sirkular yang efisien. Model ini tidak hanya menyuburkan tanaman tetapi juga mengajarkan kepada para santri tentang pentingnya mengelola limbah menjadi sumber daya yang memiliki nilai tambah. Jejak hijau Pesantren Jatinom ini diharapkan dapat menginspirasi lembaga-lembaga pendidikan lain untuk turut serta aktif dalam gerakan pelestarian lingkungan.

Baca Juga  Suara Santri Menggema di DPRD Jatim Tuntut Trans 7 Ditiutup