Surabaya, Ruang.co.id – Momen Peringatan HUT RI Ke 79, Nuansa kemerdekaan tampak di sepanjang lorong pedagang kaki lima Jalur Gaza Surabaya. Sebutan sebuah gang kecil di antara Universitas Dr Soetomo dan Universitas 17 Agustus 1945.
Tempat para Pedagang Kaki Lima (PKL) mencari nafkah bagi keluarga. Melayani makan minum bagi mahasiswa, dosen maupun masyarakat umum.
Meskipun sudah memiliki nama Surabaya Food Street, kawasan ini tak bisa lepas dari sebutan populer Jalur Gaza. Para pedagang terkoordinir dalam sebuah wadah bernama Koperasi Gaza Mandiri di bawah binaan Koperasi Karyawan Unitomo.
Pada momen Agustusan, mereka kembali berinisiatif mengadakan upacara bendera yang telah menjadi agenda tahunan, aneka lomba menarik dan hiburan musik menghadirkan Seket Astakula, vokalis Rekkless yang juga dulunya adalah mahasiswa Unitomo Surabaya. Jalur Gaza berhias begitu cantik. Penuh bendera merah putih.
Sebab kemerdekaan bangsa ini adalah milik bersama, memaknai sebuah nasionalisme di mana saja, di tempat para pedagang sehari-hari bergelut dengan ritme kehidupan. Suka duka bergelindang tak berarti menghalangi mereka memiliki jiwa nasionalisme membara.
Uniknya, bagi pelanggan yang hapal Pancasila, dapat kesempatan ngopi dan makan Indomie gratis. Khusus pada momen Agustusan.
“Kami adalah PKL yang setiap hari mencari nafkah di sini, kami warga sini ingin ikut memperingati kemerdekaan dengan suka cita sebagai wujud rasa kita kepada NKRI,” ungkap Ketua Pengurus Gaza Mandiri, Muhammad Yusuf, Sabtu (17/8/2024).
Upacara berlangsung penuh khidmat, selayaknya upacara di Istana Negara, di lembaga pemerintahan dan lembaga pendidikan maupun upacara yang biasanya dilakukan di perkampungan. Ada pengibaran bendera hingga pembacaan teks proklamasi. Semua pedagang terlibat dalam perumusan acara, menunjukkan bahwa mereka sangat bangga pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercinta.
“Ini spontan tidak ada persiapan khusus latihan, mendapat dukungan dari Kopkar Unitomo yang diketuai Abah Didik,” tambahnya.
Ke depan, mereka berharap Indonesia semakin maju, makmur dan sejahtera. Terutama bagi pedagang kecil seperti mereka. Bukan hanya perkumpulan pedagang kaki lima, tapi sebuah keluarga besar.
“Jalur Gaza adalah tempat pertemuan antar dua kampus, di sini juga untuk tempat nongkrong anak muda, mahasiswa-mahasiswa dan untuk masalah materi yang ada di dalam kampus, lebih banyak pengalaman di luar. Kalau dihitung 80 persen itu ada di sini (Warkop Gaza) untuk saling konsultasi dan 20 persen di kampusnya,” jelas Muhammad Yusuf.
Setelah upacara, acara dilanjutkan dengan bermacam perlombaan, makan tumpeng bersama sebagai bentuk rasa syukur dan malamnya hiburan musik penuh kemeriahan.
“Merdeka, merdeka,” pekik mereka.
Seluruh pedagang berdoa untuk Bangsa Indonesia.
“Mudah-mudahan Bangsa Indonesia ini dijauhkan dari bala dan bencana, biarpun elit politik di sana berwarna-warni nggak apa-apa, yang penting kita solid dan semua bahan pokok murah. Keinginan kita nggak neko-neko,” kata Yusuf.
Ketua Kopkar Unitomo, Ir H Didik Budiyanto, M.P, pada kesempatan ini bersyukur, karena Koperasi Gaza Mandiri di bawah naungan Kopkar Unitomo semakin solid. Seperti terlihat dalam acara ini.
“Kami mempunyai kewajiban untuk selalu berkomunikasi selalu membina, bahkan pernah saya ajak ke wali lima, agar akrab. Di samping akrab, ayo kita sama-sama berdoa berjuang bersama untuk ikhtiar terus untuk anak cucu kita agar menjadi sukses nantinya,” ungkap Didik.