Sidoarjo, Ruang.co.id – Kegiatan Kuboran Muslimat NU di Desa Spande, Kec. Candi, Sidoarjo yang hangat diungkap sebuah media online, kini berbuntut panjang. Dimana JCW (Java Corruption Watch) telah menemukan adanya tarikan dana dari warga RT RW di acara tersebut, diindikasikan juga ditunggangi kepentingan kampanye salah satu Cabup tertentu di Pilkada Sidoarjo 2024.
Ketua Umum JCW Sigit Imam Basuki ST. mengaku miris melihat acara Kubroan Muslimat NU yang terindikasi menggunakan dana umat tersebut, dan kecewa berat, yang ujungnya untuk kampanye Pilkada.
“Indikasi ini jangan anggap enteng. ini masalah serius, tidak boleh dibiarkan, ini masalah moralitas pemimpin. Bagaimana umat tidak kecewa, karena tujuan pengajian itu membangun akhlak, baik sesama manusia mau pun kepada Allah SWT. Kok tega, dibelokkan menjadi ajang kampanye. Ini benih-benih kolusi dan korupsi yang harus kita lawan,” tegas Sigit, Rabu (30/10/24).
Selain itu, Sigit juga menyayangkan kalau Ketua Muslimat NU, yang katanya, telah mengaku terang-terangan kampanye untuk cabup nomor urut 2, Achmad Amir Aslichin alias Iin. Ia mengatakan, “Silakan kalau itu sesuai kebijakan PCNU Sidoarjo. Jangan dikadali umat. Apalagi menggunakan fasilitas RT, RW. Kasus di Desa Sepande, Candi menjadi perhatian kami”.
Sekarang, tambah Sigit, banyak anggota Muslimat NU yang kecewa. Mereka berani bicara apa adanya. Mereka paham, sikap itu jelas meruntuhkan posisi Muslimat NU yang, semestinya netral.
“Saya tidak perlu masuk urusan internal muslimat, meski saya baca sendiri instruksi PCNU, bahwa Muslimat NU harus netral. Tetapi, ada indikasi menggunakan dana umat untuk pasangan 02, itu berbahaya. Ini benih kolusi dan korupsi yang harus dihentikan,” tandasnya.
“Ada tiga file VN (voice note) yang bisa didengar, tetapi, semua VN itu tidak menjawab pengerahan dana umat, terlebih soal kampanye pasangan No 2,” ungkap Sigit.
Lebih jauh Ketua JCW mengaku telah mendapatkan data bahwa kegiatan Kubroan Muslimat NU tersebut sumber dananya dari tarikan dana sukarela warga di RT dan RW masing – masing, yang besarannya bervariatif, rata – rata diatas Rp 1 juta, dan terkumpul keseluruhan sebanyak sekitar Rp.58 juta.
“Sangat disayangkan dana umat itu ujung – ujungnya di acara itu menghadirkan Cabup Mas Iin dijadkan ajang ruang kampanye dan permintaan dukungan terhadapnya. Kami sudah punya bukti – buktinya semua. Padahal sudah jelas dari surat edaran instruksi PCNU yang diterbitkan di September kemarin, menyerukan harus netral,” tandanya lagi.
Memang, saat ini warga Sidoarjo tengah berjibaku melawan korupsi. Diketahui, dari tiga orang yang menjabat bupati Sidoarjo selama ini, terbukti 2 bupati yang terjerat KPK dengan kasus korupsi, dan seorang bupati yang juga terjerat KPK saat ini perkara dugaan korupsi yang dilakukannya masih dalam proses persidangan Pengadilan Tipikor, di Jalan Raya Juanda, Sidoarjo.
“Bayangkan! Sudah tiga Bupati Sidoarjo, secara berturut-turut mendekam di jeruji besi. Dari Pak Win, Abah Saeful Ilah (ayah Mas Iin red) sampai Gus Muhdlor. Apa (kasus) ini tidak cukup untuk membuat kita berbenah? Mau lihat apalagi kita? Karena itu, perang melawan kolusi dan korupsi harus menjadi tekad bersama. Kami (JCW) siapa di garda terdepan,” tegasnya.
Informasi yang terhimpun di lapangan, beberapa sumber telah membenarkan, di sejumlah kegiatan PAC Muslimat NU di Sidoarjo, melihat kehadiran Cabup nomor Urut 2 dan menyisipkan kampanye di atas panggung acara.
Bukan hanya itu, dengan mendapati bukti – bukti yang kuat masalah ini, Ketua JCW dalam waktu dekat segera mendatangi Bawaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum) Kab. Sidoarjo, untuk melaporkan yang dianggapnya indikasi pelanggaran kampanye atas netralitas di lingkungan ormas NU Sidoarjo.
“Jika laporan kami nantinya oleh Bawaslu (Bawaslu Sidoarjo) nanti kalau tidak ditanggapi serius, ya kami langsung meneruskan ke DKPP,” tandas pungkas Ketua JCW Sigit Imam Basuki. (DIN)