Surabaya, Ruang.co.id – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dalam mendukung Kampanye Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP). Kegiatan yang berlangsung di kampus Unusa ini menegaskan komitmen institusi pendidikan berbasis pesantren tersebut dalam memperkuat kesehatan jiwa, khususnya di lingkungan pondok pesantren.
Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr. Imran Pambudi, M.H.P.M., menyebutkan bahwa pondok pesantren merupakan area strategis dalam penguatan kesehatan jiwa di Indonesia. Dalam acara yang bertema “Ayo Lakukan Deteksi Dini Skrining Kesehatan Jiwa Sekarang Juga”, dr. Imran berharap Unusa dapat berperan sebagai first aider yang mampu memberikan pertolongan awal pada individu dengan luka psikologis.
“Unusa memiliki peran strategis untuk memulai penguatan kesehatan jiwa di lingkungan pondok pesantren, termasuk melalui deteksi dini kesehatan jiwa,” ujar dr. Imran.
Sebagai bentuk apresiasi, Kemenkes RI menganugerahkan penghargaan berupa Pin First Aider kepada Unusa. Penghargaan ini menegaskan Unusa sebagai mitra strategis dalam implementasi program kesehatan jiwa.
Wakil Rektor I Unusa, Prof. Kacung Maridjan, Ph.D., menyatakan bahwa Unusa memiliki beragam program pendampingan di pondok pesantren, seperti Pos Kesehatan Pondok Pesantren (Poskestren), Program Pesantren Bersahaja (Bersih, Sehat, Harmonis di Jawa Timur), hingga One Pesantren One Produk (OPOP) Training Center Unusa.
“Kami terus berkomitmen mendukung pemberdayaan pesantren, terutama dalam aspek kesehatan jiwa dan fisik,” ujar Prof. Kacung.
Sebanyak 45 peserta, termasuk dosen dan mahasiswa dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, serta Fakultas Kesehatan Unusa, turut serta dalam acara tersebut.
Data Kemenkes menunjukkan angka bunuh diri di Indonesia meningkat hingga 800% dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini mempertegas pentingnya deteksi dini dan pendampingan kesehatan jiwa, terutama bagi kalangan usia produktif.
Dengan keterlibatan institusi pendidikan seperti Unusa, diharapkan kampanye kesehatan jiwa dapat menjangkau lebih banyak individu dan komunitas. Unusa optimis menjadi pelopor perubahan, tidak hanya di Surabaya tetapi juga di komunitas pesantren dan masyarakat luas.
Acara ini menjadi langkah awal sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat dalam menciptakan generasi muda yang sehat secara mental dan fisik. Dengan kesehatan jiwa yang terjaga, diharapkan terwujud visi Indonesia sehat sesuai definisi kesehatan oleh WHO.