Kota Batu, Ruang.co.id – Insiden kecelakaan maut yang melibatkan bus pariwisata Sakhindra Trans terus menyisakan kisah pilu. Tidak hanya menyebabkan empat korban jiwa dan 15 lainnya luka-luka, tragedi ini juga mengungkap kondisi mengejutkan dari armada bus lain dalam rombongan tersebut.
Dirlantas Polda Jawa Timur, Kombes Komarudin, membeberkan bahwa bus yang mengalami rem blong pada Kamis (9/1/2025) bukanlah satu-satunya kendaraan dalam rombongan pelajar SMK TI Bali Global. “Ada tiga bus lainnya yang menyertai. Jadi, rombongannya itu seluruhnya ada empat bus dengan 160-an peserta,” ungkap Komarudin saat ditemui di sebuah pusat oleh-oleh di Kota Batu, Kamis (9/1/2025).
Lebih lanjut, Komarudin mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa tiga bus lainnya juga tidak memenuhi standar keselamatan. “Setelah kami cek, ketiga bus itu ternyata tidak laik jalan. KIR-nya mati, ban retak-retak, dan kondisi teknis lainnya jauh dari layak,” tegasnya.
Pihak kepolisian segera mengambil langkah cepat dengan melakukan ramp check pada ketiga bus tersebut. Komarudin menambahkan bahwa operator bus diminta mengganti kendaraan untuk memastikan keselamatan para peserta. “Kami telah memerintahkan PO bus untuk mengganti dengan armada yang laik jalan. Kepulangan rombongan ini juga akan kami kawal hingga ke penyeberangan Ketapang,” jelasnya.
Sementara itu, sopir bus Sakhindra Trans yang terlibat kecelakaan kini sedang diperiksa secara intensif. Menurut hasil pemeriksaan sementara, sopir mengaku terpaksa tetap bekerja meskipun kondisi bus tidak memadai karena tekanan pekerjaan. “Tidak mau kehilangan pekerjaan, makanya tetap memaksakan diri mengangkut para peserta ini,” imbuh Komarudin.
Rombongan Masih Tertahan di Kota Batu
Hingga saat ini, seluruh rombongan pelajar SMK TI Bali Global masih berada di Kota Batu, menunggu penggantian bus yang lebih aman. Insiden ini menjadi pengingat keras bagi penyedia jasa transportasi untuk selalu memprioritaskan keselamatan penumpang.
Komarudin menegaskan bahwa penyelidikan akan terus dikembangkan, termasuk ke pihak operator bus. “Kondisi kendaraan yang tidak laik jalan ini menjadi salah satu materi utama dalam pemeriksaan kami. Kami ingin memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang,” tegasnya.
Kasus ini membuka mata publik tentang pentingnya pengawasan ketat terhadap armada transportasi. Pengabaian terhadap standar keselamatan tidak hanya berisiko pada nyawa penumpang, tetapi juga mencoreng kepercayaan masyarakat terhadap industri pariwisata.
Pihak keluarga korban dan masyarakat luas kini berharap agar tragedi ini dapat menjadi pelajaran berharga, sekaligus memicu reformasi di sektor transportasi pariwisata. “Keselamatan harus menjadi prioritas utama. Jangan sampai nyawa menjadi taruhannya hanya karena kelalaian,” pungkas Komarudin.