Apa Sih Overclaim? Kenali Fakta dan Dampak Buruknya

Apa itu overclaim dan ketahui bahayanya
Ilustrasi produk skincare (Foto Ruang.co.id)
Ruang Nyala
Ruang Nyala
Print PDF

Ruang.co.id – Pernah melihat iklan produk yang menjanjikan kulit putih dalam satu malam? Atau mungkin klaim bahwa sebuah minuman bisa bikin kurus dalam hitungan hari tanpa olahraga?

Itulah yang disebut dengan overclaim, alias klaim berlebihan yang dibuat untuk menarik perhatian konsumen. Strategi ini sering digunakan dalam pemasaran dan branding untuk meningkatkan daya tarik sebuah produk atau layanan.

Tapi hati-hati, overclaim bukan hanya sekadar bumbu promosi. Jika terlalu berlebihan dan menyesatkan, dampaknya bisa merugikan konsumen, merusak reputasi brand, bahkan berujung pada tuntutan hukum!

Jadi, apa sebenarnya overclaim itu? Kenapa praktik ini bisa jadi berbahaya? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Apa Itu Overclaim?

Secara sederhana, overclaim adalah klaim yang dilebih-lebihkan atau tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Istilah ini sering digunakan dalam dunia marketing, branding, dan periklanan.

Contoh overclaim bisa ditemukan di berbagai industri, mulai dari kecantikan, kesehatan, makanan, hingga teknologi.

Misalnya:

  • Skincare yang mengklaim bisa menghilangkan jerawat dalam 1 hari.
  • Produk diet yang menjanjikan turun 10 kg dalam seminggu tanpa usaha.
  • Smartphone yang disebut “paling canggih di dunia”, padahal masih ada kompetitor dengan spesifikasi lebih tinggi.

Klaim seperti ini sering kali gak punya bukti ilmiah yang kuat, tapi tetap digunakan demi menarik minat calon pembeli.

Kenapa Overclaim Sering Digunakan?

Dalam dunia bisnis, persaingan semakin ketat. Brand harus menemukan cara untuk menarik perhatian konsumen di tengah banjir informasi yang ada.

Overclaim sering digunakan karena beberapa alasan berikut:

  • Menarik perhatian lebih cepat
    Konsumen cenderung tertarik dengan sesuatu yang terdengar “wow” dan berbeda dari yang lain.
  • Meningkatkan penjualan
    Jika klaimnya terdengar meyakinkan, orang akan lebih mudah tertarik untuk membeli produk.
  • Menciptakan tren atau hype
    Beberapa produk menggunakan overclaim agar terlihat lebih eksklusif atau revolusioner.
Baca Juga  Body Lotion Bantu Kulit Jadi Cerah dan Glowing Secara Alami

Namun, meskipun terdengar menguntungkan, overclaim bisa menjadi bumerang bagi brand jika ketahuan tidak sesuai dengan kenyataan.

Ada banyak kasus overclaim yang akhirnya berujung pada kontroversi, bahkan tuntutan hukum. Berikut beberapa di antaranya:

  • Minuman Energi “Memberi Anda Sayap”
    Salah satu brand minuman energi terkenal harus membayar jutaan dolar dalam gugatan karena slogannya yang dianggap terlalu berlebihan dan menyesatkan. Faktanya, minuman itu tidak benar-benar memberikan energi ekstra seperti yang diklaim.
  • Skincare yang Mengklaim Bisa Mengubah Warna Kulit dalam Semalam
    Beberapa produk kecantikan sempat viral karena janji yang terdengar mustahil, seperti “kulit putih instan” atau “jerawat hilang dalam sekali pakai”. Setelah diuji, ternyata efeknya hanya bersifat sementara dan lebih mirip dengan kosmetik biasa.
  • Makanan “Sehat” yang Ternyata Penuh Gula
    Banyak produk makanan yang menggunakan label “tanpa gula tambahan” atau “100% alami”, padahal mengandung pemanis buatan atau bahan tambahan lain yang kurang sehat.

Kasus-kasus seperti ini menunjukkan bagaimana overclaim bisa menyesatkan konsumen dan merusak kepercayaan publik terhadap sebuah brand.

Bahaya bagi Konsumen dan Brand

Menggunakan overclaim dalam pemasaran memang bisa memberikan keuntungan jangka pendek, tapi dampaknya bisa sangat berbahaya dalam jangka panjang.

Bahaya bagi Konsumen

  • Menyesatkan informasi → Konsumen bisa tertipu dan membeli produk yang tidak sesuai ekspektasi.
  • Berisiko terhadap kesehatan → Produk yang diklaim “bebas efek samping” bisa jadi berbahaya jika digunakan tanpa konsultasi dokter.
  • Membuang-buang uang → Produk yang tidak bekerja sesuai klaim hanya akan membuat konsumen merasa tertipu.

Bahaya bagi Brand

  • Kehilangan kepercayaan pelanggan → Begitu ketahuan berbohong, konsumen bisa berpaling ke brand lain.
  • Tuntutan hukum → Di beberapa negara, overclaim yang menyesatkan bisa berujung pada denda besar atau pelarangan produk.
  • Reputasi rusak → Sekali terkena skandal overclaim, sulit bagi brand untuk membangun kembali citra positifnya.
Baca Juga  Kulit Belang Bikin Nggak Pede? Atasi dengan Body Serum!

Bagaimana Menghindari Overclaim?

Agar gak terjebak dalam jebakan overclaim, baik sebagai konsumen maupun sebagai pemilik bisnis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

Untuk Konsumen

  • Selalu cek sumber informasi → Jangan langsung percaya klaim yang terdengar terlalu bagus untuk jadi kenyataan.
  • Lihat ulasan pengguna lain → Review dari pengguna asli bisa memberikan gambaran lebih realistis tentang sebuah produk.
  • Periksa regulasi dan izin produk → Terutama untuk produk kesehatan dan kecantikan, pastikan sudah mendapat izin dari lembaga resmi seperti BPOM.

Untuk Brand & Marketer

  • Gunakan klaim yang berbasis fakta → Jika ingin membuat klaim besar, pastikan ada bukti ilmiah atau hasil uji yang mendukung.
  • Transparansi lebih baik daripada gimmick → Konsumen masa kini lebih suka brand yang jujur daripada yang sekadar bombastis.
  • Hindari kata-kata absolut → Daripada mengatakan “paling cepat”, lebih baik gunakan frasa seperti “membantu mempercepat proses”.

Dalam dunia marketing, menarik perhatian konsumen memang penting. Tapi kalau sampai harus pakai overclaim yang berlebihan dan menyesatkan, efeknya bisa lebih merugikan daripada menguntungkan.

Sebagai konsumen, kita juga harus lebih cerdas dalam menyaring informasi. Jangan mudah tergiur dengan klaim bombastis tanpa bukti. Selalu cek kebenarannya sebelum membeli sesuatu, biar gak kecewa di kemudian hari.

Jadi, mulai sekarang, yuk lebih kritis terhadap klaim produk yang beredar! Jangan sampai tertipu janji manis yang ternyata cuma gimmick marketing.