Dampak Pemangkasan Anggaran pada Industri Perhotelan Indonesia Bagaimana Menghadapinya?

Dampak pemangkasan anggaran sektor perhotelan
Ketua PHRI Haryadi Sukamdani berbicara tentang dampak pemangkasan anggaran terhadap sektor perhotelan di Indonesia. Foto: Istimewa
Mascim
Mascim
Print PDF

Ruang.co.id – Haryadi Sukamdani, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), baru-baru ini mengungkapkan betapa besar dampak pemangkasan anggaran terhadap sektor perhotelan Indonesia. Menurut Haryadi, penurunan anggaran dapat menyebabkan tingkat okupansi hotel langsung anjlok, bahkan di luar Jawa, penurunan bisa lebih dari 50%. “Begitu anggaran dipotong, tingkat okupansi langsung drop,” kata Haryadi, yang menggarisbawahi ketidakpastian yang kini melanda industri perhotelan di Indonesia.

Dengan semakin ketatnya anggaran dari pemerintah pusat, daerah, dan juga perusahaan BUMN yang mengurangi belanja untuk sektor perhotelan dan restoran, PHRI memperkirakan pendapatan sektor perhotelan Indonesia bisa berkurang hingga Rp24 triliun secara nasional. Hal ini tentunya sangat berdampak pada industri yang sedang berjuang bangkit pasca-pandemi.

Tantangan Lain yang Menghimpit: Harga Tiket Pesawat yang Tinggi

Tantangan tambahan yang dihadapi industri perhotelan adalah tingginya harga tiket pesawat yang mengurangi daya tarik wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Harga tiket pesawat yang mahal membuat sektor perhotelan semakin tertekan, apalagi dengan adanya persaingan penerbangan yang belum cukup kompetitif. Ini membatasi potensi pasar wisatawan internasional yang dapat membantu mengisi okupansi hotel.

“Kami akan fokus menggarap pasar wisatawan mancanegara dan domestik. Utamanya, melalui promosi dan berbagai event,” ungkap Haryadi. Fokus pada promosi pariwisata domestik dan internasional ini diyakini akan membantu mengimbangi penurunan okupansi hotel yang disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi.

Strategi PHRI Menghadapi Pemangkasan Anggaran: Fokus Pada Promosi dan Event

Untuk mengatasi dampak pemangkasan anggaran ini, PHRI berencana untuk meningkatkan eksposur Indonesia di pameran wisata internasional. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan destinasi wisata Indonesia kepada pasar global dan menarik lebih banyak wisatawan asing. Selain itu, sektor pariwisata domestik juga akan digerakkan dengan lebih intens melalui penyelenggaraan event budaya dan olahraga yang berpotensi menarik wisatawan lokal.

Baca Juga  Tolak Penggusuran Balai Besar Brantas, PKL Pepelegi Gelar Istighotsah untuk Menuntut Solusi yang Adil

“PHRI dan pemangku kepentingan lainnya akan mendorong event budaya dan olahraga untuk menarik wisatawan domestik,” tambahnya. Dengan sinergi antara pemerintah, sektor perhotelan, dan pemangku kepentingan lainnya, strategi yang tepat akan menjadi kunci utama agar sektor pariwisata Indonesia tetap menjadi pilar ekonomi nasional yang kokoh.

Meski menghadapi tantangan besar akibat pemangkasan anggaran dan tingginya harga tiket pesawat, sektor perhotelan Indonesia memiliki peluang untuk pulih. Dengan strategi promosi yang tepat dan berfokus pada event budaya serta olahraga, sektor ini dapat kembali bangkit. PHRI bersama pemangku kepentingan lainnya berkomitmen untuk memajukan sektor pariwisata Indonesia, yang diharapkan tetap menjadi pilar ekonomi nasional. Mari bersama-sama mendukung sektor perhotelan dan pariwisata Indonesia untuk terus berkembang!

Tidak, pemerintah Indonesia memastikan bahwa beasiswa KIP 2025 akan tetap berjalan tanpa adanya pemotongan anggaran. Program ini akan tetap memberikan bantuan kepada lebih dari 1 juta mahasiswa di seluruh Indonesia.

Anggaran untuk beasiswa KIP 2025 adalah sebesar Rp14.698.000.000.000, yang akan diterima oleh 1.040.192 mahasiswa di Indonesia.

Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, memastikan bahwa program KIP 2025 akan terus dilaksanakan tanpa pemotongan anggaran. Ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mendukung pendidikan di Indonesia.