Dugaan Pelecehan Seksual LGBT Muncul di Lingkungan Sukodono, Pihak Pesantren Pilih Bungkam

Pelecehan Seksual di Pesantren
Dugaan pelecehan seksual di Pesantren Sukodono Sidoarjo mencuat. Pihak pesantren bungkam, jurnalis diusir, publik menunggu transparansi. Ilustrasi Foto: @Freepik
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Sidoarjo, Ruang.co.id – Kabar tak sedap dugaan kasus pelecehan seksual, kembali mencuat di salah satu pendidikan pesantren di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.

Informasi yang dihimpun Ruang.co.id menyebut, dugaan pelecehan itu terjadi di lingkungan Pesantren Al-Kautsar, Desa Sambungrejo, Kec. Sukodono, Kab. Sidoarjo.

Namun, hingga kini belum ada laporan resmi dari pihak yang menjadi korban maupun keluarganya, kepada pihak yang berwajib, lantaran ketakutan dan khawatir keselamatannya di lingkungan pesantren.

Beberapa narasumber Ruang.co.id mengungkapkan, sudah ada yang menjadi korban. Namun ia enggan bersuara lebih jauh, lantaran merasa takut mendapat tekanan dari lingkungan pesantren.

ā€œMungkin takut diintimidasi, takut dipantau gerak-geriknya,ā€ kata seorang narasumber terkait, Kamis (18/9/2025).

Dalam penelusuran peliputan, yang mencengangkannya dugaan pelecehan seksual LGBT itu dikabarkan sudah terjadi lebih dari sekali. Sementara, pihak pesantren terkesan mendiamkannya dan memilih bungkam, seakan – akan menutup rapat aib ini.

ā€œSepertinya pihak pondok berusaha menutup – nutupi. Mungkin khawatir soal kredibilitas dan nama baik Pesantrennya,ā€ imbuh narasumber itu.

ā€œKorban memang ingin cerita, tapi takut kalau akhirnya berbalik menimbulkan masalah untuk dirinya sendiri. Kata dia, ada beberapa juga sempat memergokinya,ā€ imbuh ungkapnya lebih jauh.

Jurnalis Ruang.co.id bersama beberapa jurnalis media siber lainnya, mendatangi pendidikan Pesantren yang dimaksudnya itu, pada Kamis malam (18/9/2025) sekitar jam 19.15 WIB untuk meliput.

Saat ditemui, satpam dan seorang karyawan pondok yang bertugas, mereka tampak terkesan gugup dan terlihat mondar mandir beberapa kali sibuk dengan ponselnya, mungkin menghubungi para pimpinannya.

Sementara juga terlihat aktivitas kegiatan para santri siswa seperti biasanya. Terlihat pula, sejumlah orang tua atau keluarga santri, datang dan pulang, setelah menitipkan barang kebutuhan anaknya.

Baca Juga  Wajah Baru Hukum, Kajati Jatim Dr. Kuntadi: Terbalut Haru Pembebasan Hukum Terdakwa RJ, Pulihkan Keadilan Sosial di Sidoarjo

Sekitar sejam kemudian, sang satpam menyampaikan keinginan pimpinan, yang terkesan ngusir para jurnalis peliput tanpa memberikan keterangan konfirmasi apapun.

“Mohon maaf pak, njenengan (anda) pulang saja, karena pimpinan dan humas pondok sedang tidak ada di tempat,” ucapnya.

Sampai berita ini diunggah, belum ada konfirmasi resmi dari pihak pesantren Al Kautsar, tentang kebenaran dugaan pelecehan seksual LGBT di lingkungan pesantrennya.

Menyikapi hal tersebut, Agus ā€œUcokā€ Subakti, Ketua DPC Persatuan Wartawan Duta Pena (PWDPI) Sidoarjo, menyayangkan sikap dari pihak pesantren yang terkesan bungkam itu.

ā€œKalau memang tidak ada bukti dugaan pelecehan seksual LGBT di lingkungan pesantren itu, kenapa mereka pilih bungkam? Semestinya pihak manajemen pesantren menjawabnya dengan baik dan bijak. Lalu kenapa ada kesan jurnalis peliput di lapangan diusir tanpa keterangan resmi yang jelas terkait masalah itu?,ā€ tandas Agus Ucok.

Menurut Agus Ucok, apa yang dilakukan para jurnalis peliput terkait dugaan masalah itu sudah melakukan tugasnya sesuai dengan undang – undang dan kode etik tentang Pers dan jurnalis yang mengaturnya.

Lebih jauh ia berharap, bila memang terbukti atas dugaan kasus itu, yang wajib diungkap akan kebenarannya, dan para aparat terkit wajib segera menanganinya.

Itu sesuai dengan salah satu fungsi Pers sebagai kontrol sosial masyarakat, bukannya didiamkan atau dibiarkan, bahkan ada kesan ditutup rapat – rapat oleh para pihak manapun.