ruang

Energi Listrik dari Bakteri Limbah Minyak, Efisien dan Ramah Lingkungan

inovasi mahasiswa ITS
Ramadhita Putra Purnomo saat membuat campuran limbah lumpur minyak dengan nutrien dari limbah dapur untuk menghasilkan sistem bio-elektrokimia
Ruang redaksi
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.id – Menyikapi semakin meningkatnya kebutuhan listrik rumah tangga dan keterbatasan energi fosil, tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan inovasi sumber energi baru. Dengan memanfaatkan bakteri dari limbah minyak, mereka menghadirkan solusi energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.

Ramadhita Putra Purnomo, Ketua Tim Gasoileum ITS, menjelaskan bahwa oil sludge atau lumpur minyak adalah limbah dari pengolahan minyak mentah yang memerlukan pengelolaan khusus untuk mencegah pencemaran lingkungan. “Biasanya pengelolaan ini membutuhkan biaya tinggi karena sering melibatkan pihak ketiga,” ungkapnya.

Melalui riset yang dilakukan, Ramadhita atau Rama bersama rekannya, Bryllian Michael Haholongan Kendek, menemukan bahwa limbah lumpur minyak mengandung bakteri Pseudomonas Aeruginosa yang berpotensi menghasilkan listrik. Bakteri ini bekerja sebagai microbial fuel cell (MFC) yang memanfaatkan elektron dari penguraian glukosa nutrien. “Limbah rumah tangga seperti sisa sayuran atau buah-buahan juga dapat diolah menjadi nutrien untuk bakteri ini,” tambah Bryllian, yang akrab disapa Ian.

Untuk menghasilkan energi listrik ramah lingkungan, tim Gasoileum mencampurkan nutrien dari limbah organik dengan bakteri oil sludge. Setelah nutrien dipecah menggunakan asam klorida (HCl), campuran ini ditempatkan dalam tabung berkapasitas 1.000 mililiter yang dilengkapi anoda dan katoda. Proses bio-elektrokimia pun berlangsung, di mana bakteri mengubah glukosa menjadi elektron yang kemudian menghasilkan arus listrik.

Ian menambahkan bahwa proses ini memerlukan waktu tujuh hari untuk mencapai daya maksimal, dengan output mencapai 21 watt. Efisiensi elektrokimia yang dihasilkan mencapai 5,16 persen dan 1,49 persen, cukup untuk menyalakan perangkat berdaya rendah seperti lampu senter.

Berkat inovasi ini, Rama dan Ian meraih juara I dalam Forum Improvement & Innovation Award (IIA) 2024. Mereka berharap penelitian ini dapat dikembangkan dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekaligus mengurangi limbah industri. “Kami juga berharap penelitian ini menginspirasi mahasiswa lain untuk menemukan sumber energi baru dari limbah lain,” harap Ian.

Baca Juga  Inovasi SISRI: Solusi Kota Cerdas Bebas Kemacetan di Surabaya