Ruang.co.id – Indonesia sedang menghadapi krisis fatherless – sebuah kondisi di mana figur ayah absen secara emosional atau fisik dalam pengasuhan anak. Menyikapi hal ini, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) dan layanan vasektomi serentak resmi diluncurkan di Islamic Center Majalengka (21/4/2025). Kolaborasi antara BKKBN, KOMPAK TENAN, dan puluhan komunitas parenting ini bukan sekadar program biasa, melainkan revolusi peran ayah di era digital.
Data terbaru BKKBN mengungkapkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia merasa tidak memiliki kedekatan emosional dengan ayahnya. Penyebabnya beragam, mulai dari tuntutan pekerjaan hingga ketergantungan berlebihan pada gawai. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung mengalami gangguan emosional, rendahnya prestasi akademik, hingga rentan terlibat kenakalan remaja.
“GATI hadir untuk memutus mata rantai fatherless. Kami ingin ayah tidak hanya jadi wallet, tapi juga role model,” tegas Dr. Wihaji, Menteri BKKBN, dalam sambutan virtualnya.
Selain fokus pada pengasuhan, program ini juga mendorong partisipasi aktif pria dalam Keluarga Berencana (KB) melalui layanan vasektomi serentak. Di Jawa Timur saja, 262 pria mendaftar sebagai akseptor. “Ini bukti bahwa KB bukan hanya tanggung jawab perempuan. Vasektomi aman, efektif, dan tidak mengurangi kejantanan,” jelas Maria Ernawati, Kepala BKKBN Jatim.
Fakta menarik terungkap di Sidoarjo, di mana 10 dari 14 pendaftar berhasil menjalani prosedur setelah melalui pemeriksaan medis ketat. Sosialisasi intensif tentang manfaat vasektomi – seperti efisiensi biaya KB dan peningkatan kualitas hubungan suami-istri – berhasil mematahkan stigma negatif yang selama ini melekat.
Gerakan ini tidak berhenti di slogan semata. Rangkaian aksi nyata telah disiapkan untuk menjawab tantangan fatherless.
M. Shoim Haris, Staf Ahli Menteri BKKBN, menegaskan bahwa GATI bukan sekadar program insidental, melainkan bagian dari Quick Wins strategis pemerintah untuk mencapai Generasi Emas 2045.
“Fenomena fatherless adalah ancaman serius bagi kualitas SDM Indonesia. GATI dirancang untuk memulihkan peran ayah sebagai first teacher dan role model utama,” paparnya dalam diskusi terbatas.
Pernyataan ini memperjelas posisi GATI dalam peta besar pembangunan keluarga Indonesia, sekaligus menegaskan komitmen BKKBN untuk intervensi berbasis bukti
Di era dimana screen time kerap menggeser quality time, GATI mengajak ayah untuk melek teknologi tanpa kehilangan kehangatan keluarga. Workshop seperti “Ayah Mengantar Sekolah” dan kelas digital parenting dirancang khusus untuk ayah milenial.
Kolaborasi dengan kreator seperti PICU PACU Kreativitas (Andi Yudha) menghasilkan konten edukatif – mulai dari video pendek hingga podcast – yang menyasar ayah muda. Tujuannya jelas: membuat parenting jadi trendy dan mudah diakses.
Melalui forum diskusi dan sharing session, ayah-ayah diajak berbagi pengalaman tanpa takut dihakimi. “Parenting itu belajar dari kegagalan. Tidak ada ayah yang sempurna, tapi setiap ayah bisa jadi lebih baik,” ujar Nyoman Firman, pakar parenting.
Gerakan ini adalah titik awal, bukan garis finis. “Keberhasilan GATI tergantung pada komitmen kita bersama. Mulailah dari hal kecil: matikan ponsel saat di rumah, tanyakan kabar anak, dan dukung pasangan dalam KB,” pesan Dr. Wihaji.