Sidoarjo, Ruang.co.id – Semangat membangun Sidoarjo bukan hanya datang dari pemerintahan, tapi juga dari suara muda yang penuh kepedulian. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sidoarjo membuktikan bahwa kritik bukan bentuk perlawanan, melainkan tanda cinta. Selasa siang (3/6/2025), sekitar 30 anggota HMI mendatangi Pendopo Delta Wibawa, bukan sekadar orasi, melainkan untuk duduk berdialog langsung dengan Bupati Sidoarjo, H. Subandi.
Bergayung sambut hangat dari Subandi membuka ruang diskusi yang konstruktif. Tak hanya menerima masukan, Subandi bahkan menandatangani pakta integritas berisi komitmen terhadap 14 program prioritas pembangunan daerah. Ini bukan sekadar simbolik. Di hadapan para mahasiswa, Subandi memaparkan capaian seratus hari kerjanya, mulai dari betonisasi jalan, bantuan UMKM, hingga beasiswa pendidikan.
“Terkait infrastruktur, kami telah membentuk 18 Satgas untuk menangani jalan rusak sehingga jika ditemukan jalan rusak bisa segera diperbaiki,” tegas Subandi, menyiratkan keseriusannya membenahi masalah klasik yang sering jadi keluhan warga.
Tak kalah menarik, Ketua Umum HMI Cabang Sidoarjo, Dandi Amar Rizky, menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan untuk mencela, tapi menyuarakan cinta pada tanah kelahiran. “Kami datang kemari tidak untuk membenci pemerintah tetapi kami sebagai warga Sidoarjo kami cinta pemerintah dan memberikan evaluasi karena cinta,” ujarnya dengan penuh semangat.
Dandi juga membawa amunisi intelektual: policy brief, berisi rangkuman rekomendasi strategis dari perspektif mahasiswa. Inisiatif ini menjadi simbol bahwa generasi muda bukan hanya berteriak, tapi juga berpikir dan menawarkan solusi nyata. “Kami datang kemari tidak hanya memberikan tuntutan saja, namun kami memberikan rangkaian dasar pemikiran kami melalui bentuk policy brief agar ke depan pemerintahan Kabupaten Sidoarjo berjalan lancar,” tambahnya.
Pertemuan ini menjadi angin segar dalam budaya demokrasi lokal. HMI hadir sebagai mitra kritis yang mendorong perubahan, sementara pemerintah membuka diri untuk tumbuh bersama.
Di tengah riuhnya dinamika sosial, sinergi ini layak jadi inspirasi, bahwa pembangunan bukan semata soal anggaran dan infrastruktur, tapi juga tentang keberanian untuk mendengar dan keberanian untuk menyuarakan, demi Sidoarjo yang lebih baik.
