Janda Majene Cari Jodoh Sederhana

Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Janda Majene Cari Jodoh Sederhana

Kehidupan rumah tangga yang harmonis menjadi dambaan setiap insan. Namun, tak jarang perjalanan cinta seseorang harus terhenti di tengah jalan dan menyandang status janda atau duda. Salah satu daerah di Sulawesi Barat, Majene, juga memiliki banyak wanita janda yang mendambakan pasangan hidup baru.

Dengan latar belakang ekonomi yang beragam, para janda di Majene memiliki harapan yang sederhana dalam mencari jodoh. Mereka tidak mencari lelaki kaya raya atau berpenampilan menawan, namun lebih mengutamakan kesederhanaan, kejujuran, dan kesamaan visi.

Janda Majene Cari Jodoh Sederhana

Salah satu janda yang mencari jodoh adalah Nurmala (40), seorang ibu rumah tangga yang telah menjanda selama 5 tahun. Setelah mengalami kegagalan dalam pernikahan sebelumnya, Nurmala tidak ingin lagi terburu-buru dalam memilih pasangan.

“Saya tidak mencari lelaki sempurna, tapi saya ingin seseorang yang bisa menerima saya dan anak-anak saya,” ujar Nurmala. “Yang penting itu sifatnya baik, pekerja keras, dan memiliki tujuan yang sama dalam hidup.”

Nurmala percaya bahwa kesamaan visi sangat penting dalam sebuah hubungan. Dia ingin mencari pasangan yang memiliki kesamaan minat, cita-cita, dan cara pandang terhadap kehidupan. “Saya tidak ingin menikah dengan seseorang yang hanya ingin mencari keuntungan atau hanya memanfaatkan saya,” tambahnya.

Selain Nurmala, ada pula Sari (35), seorang pegawai negeri sipil yang status jandanya telah berjalan selama 3 tahun. Sari memiliki kriteria yang cukup unik dalam mencari jodoh. Dia tidak hanya menginginkan lelaki sederhana, tetapi juga yang cerdas dan punya wawasan luas.

“Saya ingin punya pasangan yang bisa diajak diskusi, bisa berbagi ilmu dan pemikiran,” ungkap Sari. “Saya tidak suka lelaki yang kolot atau hanya mengandalkan fisik saja.”

Mencari jodoh di zaman modern memang tidak mudah. Banyak orang lebih memilih untuk mencari pasangan melalui aplikasi kencan online atau media sosial. Namun, para janda di Majene lebih cenderung mencari jodoh melalui jalur tradisional, seperti dikenalkan oleh teman atau keluarga.

Bagi mereka, mengenal pasangan secara langsung lebih bisa memastikan kecocokan dan jauh dari penipuan. “Saya lebih percaya kalau dikenalkan oleh orang yang saya kenal,” kata Sari. “Setidaknya saya bisa tanya-tanya dulu tentang orang itu sebelum memutuskan untuk bertemu.”

Kendala yang dihadapi para janda dalam mencari jodoh di Majene adalah keterbatasan pilihan. Jumlah lelaki yang berstatus duda atau belum menikah masih relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah perempuan. Hal ini membuat persaingan untuk mendapatkan jodoh menjadi semakin ketat.

Tidak sedikit janda yang harus rela menunggu lama untuk menemukan pasangan yang tepat. Namun, mereka tetap tidak kehilangan harapan. Mereka percaya bahwa jodoh adalah takdir dan akan datang pada waktunya.

“Saya selalu berdoa dan berusaha memperbaiki diri,” ujar Nurmala. “Saya yakin suatu saat nanti akan ada laki-laki yang datang dan melengkapi hidup saya dan anak-anak saya.”

Sementara itu, Sari menghimbau kepada masyarakat untuk tidak memandang sebelah mata perempuan janda. Menurutnya, janda tidak kalah berkualitas dengan perempuan yang belum pernah menikah.

“Kami juga punya hak untuk bahagia dan dicintai,” tegas Sari. “Jangan menilai kami hanya dari status kami. Lihatlah kualitas diri kami sebagai manusia.”

Kehidupan para janda di Majene memang tidak selalu mudah. Namun, dengan dukungan keluarga, teman, dan keyakinan yang kuat, mereka tetap berusaha mencari kebahagiaan dan cinta yang baru. Meski sederhana, harapan mereka untuk menemukan jodoh yang tepat selalu menyala di hati mereka.