Ruang.co.id – menjadi hari bersejarah bagi dua perwira Polri. AKBP Alex Sandy Siregar dari Polres Lumajang dan AKBP Billyandha Hildiario Budiman dari Polres Mimika secara resmi dinobatkan sebagai penerima penghargaan Indonesia’s Most Visionary Leader 2025 dalam sebuah acara bergengsi di Grand Empire Palace Surabaya. Penghargaan yang digelar oleh Indonesia Award Magazine (IAM) bersama Thanks Institute Indonesia ini bukan sekadar pengakuan biasa, melainkan bukti nyata transformasi kepolisian yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan inovasi pelayanan. Sabtu, (19/7/2025).
Dr. Ketut Abid Halimi, Ketua Panelis IAM, menjelaskan proses seleksi ketat yang melibatkan analisis mendalam terhadap tiga aspek krusial. Pertama, rekam jejak digital yang mencerminkan transparansi kinerja. Kedua, capaian program berbasis dampak sosial. Ketiga, pendekatan humanis dalam menjalankan tugas. “AKBP Alex Sandy bukan hanya membangun sistem, tapi juga kepercayaan masyarakat melalui digitalisasi layanan dan pendekatan preventif,” ujar Ketut. Di Lumajang, terobosan seperti aplikasi pengaduan online dan forum kemitraan polisi-masyarakat telah mengurangi eskalasi konflik sosial hingga 40% dalam dua tahun terakhir.
Sementara itu, AKBP Billyandha dinilai berhasil menciptakan model kepemimpinan tanpa gesekan di Mimika. Rajasa Pranadewa, General Manager IAM, menyoroti kemampuan Billyandha dalam menyelaraskan kebijakan dengan kebutuhan multistakeholder. “Beliau membuktikan bahwa kepemimpinan visioner bisa inklusif, tanpa mengorbankan prinsip hukum,” tambahnya.
Dalam pidato penerimaannya, Alex Sandy menegaskan bahwa prestasi ini adalah milik bersama. “Ini buah dari sinergi seluruh anggota Polres Lumajang yang berkomitmen pada pelayanan prima,” katanya. Polres tersebut juga tercatat sebagai unit pengelola anggaran terbaik se-Indonesia, berkat sistem akuntabilitas berbasis teknologi.
Di Mimika, AKBP Billyandha justru melihat penghargaan ini sebagai bahan introspeksi. “Justru ini pengingat bahwa kepercayaan masyarakat harus terus dijaga dengan kerja nyata,” tegasnya. Ia merujuk pada program posko keliling berbasis komunitas yang memangkas waktu respon pengaduan dari 3 hari menjadi 6 jam.
Kedua kapolres ini merepresentasikan generasi baru pemimpin Polri yang mengintegrasikan kecerdasan teknokratik dengan kepekaan sosial. Seperti diungkapkan Ketut, “Mereka adalah bukti bahwa birokrasi bisa hangat dan solutif.” Di Lumajang, program “Polisi Mengajar” di sekolah-sekolah telah mengubah persepsi negatif remaja terhadap aparat. Sedangkan di Mimika, inisiatif “Rumah Mediasi Polisi” berhasil meredam 85% sengketa adat sebelum berujung pidana.
Penghargaan ini juga menyiratkan pesan penting: kepemimpinan visioner tidak melulu soal gebrakan spektakuler, tapi konsistensi dalam menyelesaikan masalah akar rumput. Seperti dikatakan Rajasa, “Kami memberi apresiasi pada hal-hal kecil yang berdampak besar.”

