Surabaya, Ruang.co.id – Ketua umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf tak menanggapi serius keinginan Musyawarah besar sejumlah Alim Ulama NU di Bangkalan Madura yang berlangsung di kediaman Syaikonah Kholil, minggu (18/8) kemarin lusa.
Dijumpai dalam forum pertemuan Pengurus PBNU dan PCNU Jatim serta PCNU se Jawa Timur, di kantor PCNU Surabaya, Senin (19/8) sore kemarin, Gus Yahya menyebut, para kyai yang berkumpul di Bangkalan tersebut merupakan sekumpulan orang nganggur, jadi tidak perlu ditanggapi omongannya.
” Kami yang ada di sini ini merupakan pengurus NU resmi. Dimana ada struktur organisasinya, ada AD/ART nya dan lainya. Kalau yang disana ( Bangkalan ) tidak jelas. Hanya sekumpulan orang yang nganggur di jalanan. Sehingga tidak perlu ditanggapi omongannya, ” ujar Gus Yahya.
Gus Yahya juga menegaskan pertemuan penting di kantor PCNU Surabaya di Jl Bubutan yang merupakan kantor sejarah berdirinya PBNU inilah yang lebih penting. Karena membahas masalah PKB yang merupakan partai yang lahir dari rahim PBNU.
Sementara itu, dalam pertemuan Bangkalan yang mengatas namakan Mubes Alim Ulama itu membuahkan 7 rekomendasi yang salah satu diantaranya menggelar Musyawarah Luar Biasa (MLB). Selain itu Mubes ini juga menamakan hasil pertemuannya itu dengan nama amanah Bangkalan yang salah satunya mengembalikan NU pada Khittah 1926.
Mereka juga membentuk presidium yang diberi nama Presidium penyelamat NU yang anggotanya ada 12 Ulama diantaranya, KH Abdussalam Sohib, KH Imam Jazuli. KH Imam Baehaqi, KH Muhaimin, KH Rosikh Roghibi, KH Sholahudin Azmi, KH Fahmi, KH Wahono, KH Dimyati, KH Nasirul Mahasin, KH Haidar Muhaimin, KH Aguk Irawan.
Presidium ini menilai PBNU pimpinan Gus Yahya sudah melenceng dari tujuan semula NU dengan menyeret PBNU ke arah politik praktis. Sehingga melanggar kittah NU 1926.