Ruang.co.id – May Day 2025 menjadi saksi sejarah ketika Presiden Prabowo Subianto secara terbuka mendukung pengusungan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional. Dukungan ini bukan sekadar retorika politik, melainkan pengakuan atas pengorbanan seorang buruh perempuan yang nyawanya melayang demi memperjuangkan hak-hak dasar pekerja. Jum’at, (05/4/2025).
Asap Pabrik dan Nyala Semangat Perlawanan
Marsinah, perempuan kelahiran Nganjuk 10 April 1969, hanyalah salah satu dari ribuan buruh pabrik arloji PT CPS di Sidoarjo. Namun, sikapnya yang pantang menyerah membuatnya berbeda. Pada Mei 1993, dia memimpin aksi buruh menuntut kenaikan upah yang manusiawi. Gerakan inilah yang kemudian mengubah nasibnya secara tragis.
Tiga hari setelah unjuk rasa, jenazahnya ditemukan di hutan Wilangan dengan kondisi mengerikan. Hasil otopsi menunjukkan tanda-tanda penyiksaan brutal. Kasus ini kemudian tercatat dalam dokumen resmi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) sebagai Kasus 1773 – sebuah nomor yang kini menjadi simbol perlawanan buruh Indonesia.
Malam Kelam yang Tak Pernah Terungkap
Fakta paling menyayat hati adalah misteri yang menyelimuti kematian Marsinah. Setelah berani menanyakan nasib 13 rekannya yang ditahan Kodim Sidoarjo, dia menghilang pada malam 5 Mei 1993. Pencarian yang dilakukan rekan-rekannya hanya berujung pada penemuan jenazah dengan luka-luka yang menunjukkan kekejaman luar biasa.
Yang lebih memilukan, meskipun ada indikasi kuat keterlibatan aparat, kasus ini tidak pernah tuntas di pengadilan. PT CPS, tempat Marsinah bekerja, kini telah tenggelam oleh lumpur Lapindo. Namun, ketidakadilan yang diperjuangkannya masih terus terjadi di berbagai pabrik di Indonesia.
Warisan Abadi Sang Pejuang
Dukungan Presiden Prabowo untuk menjadikan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional bukan sekadar penghargaan simbolik. Ini adalah pengakuan bahwa perjuangan hak-hak buruh adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah bangsa. Marsinah telah menjadi inspirasi bagi gerakan buruh modern, dengan penghargaan Yap Thiam Hien 1993 sebagai bukti pengakuan atas kontribusinya di bidang HAM.
Jika gelar Pahlawan Nasional benar diberikan, Marsinah akan menjadi simbol penting dalam sejarah ketenagakerjaan Indonesia. Kisahnya mengajarkan bahwa perjuangan melawan ketidakadilan seringkali harus dibayar mahal, tetapi tidak pernah sia-sia.

