Ruang.co.id – Dunia animasi Indonesia sedang dihebohkan oleh kesuksesan film Jumbo, yang meraih hamper menyentuh 3 juta penonton dalam 11 hari sejak rilis pada 31 Maret 2025. Di balik pencapaian fenomenal ini, ada sosok Maximillian Serafino Suprapto, seorang animator berbakat asal Surabaya yang memulai kariernya dari magang di Ayena Studio, Bandung. Bagaimana perjalanannya hingga bisa terlibat dalam proyek besar ini?
Kisah Max membuktikan bahwa passion dan kerja keras bisa membawa seseorang dari bangku kuliah langsung terlibat dalam produksi film animasi terbesar tahun ini. Sebagai lulusan International Program in Digital Media (IPDM) Petra Christian University, Max mengawali kariernya dengan magang di Ayena Studio, tanpa menyangka akan berkontribusi pada film sebesar Jumbo.
Proses Kreatif di Balik Layar Film Jumbo
Max menceritakan bahwa pembuatan animasi untuk Jumbo tidaklah instan. Prosesnya melibatkan ratusan animator yang bekerja selama lima tahun dengan tahapan yang sangat detail.
Empat Tahap Utama Pembuatan Animasi Jumbo
Pertama, Layouting, di mana tim animator mengatur penempatan karakter dan lingkungan sesuai storyboard. Kemudian masuk ke tahap Blocking, di mana gerakan dasar karakter mulai dirancang. Max mengakui bahwa tahap ini penuh tantangan karena harus memastikan setiap gerakan terlihat natural.
Selanjutnya adalah Animating, di mana gerakan yang semula kaku mulai dihaluskan. Di sinilah keahlian teknis Max benar-benar diuji. Tahap terakhir adalah Clean-up, di mana detail kecil seperti rambut, lipatan baju, dan aksesoris disempurnakan.
“Standar kualitasnya sangat tinggi, dan deadline ketat. Saat itu, skill 3D saya masih berkembang, jadi harus kerja ekstra keras,” kenang Max.
Tantangan dan Kebanggaan Sebagai Animator Muda
Selain tuntutan teknis, Max juga harus beradaptasi dengan workflow produksi skala besar. Namun, semua kerja kerasnya terbayar ketika melihat namanya tercantum di credit title film yang disaksikan jutaan orang.
Dukungan Studio dan Industri Animasi yang Semakin Berkembang
Kesuksesan Max tidak lepas dari dukungan Ayena Studio, salah satu studio animasi terkemuka di Bandung. Robby UL Pratama, CEO Ayena Studio, mengungkapkan kebanggaannya melihat perkembangan Max.
“Dia cepat belajar dan punya kemampuan adaptasi yang baik. Karyanya memenuhi ekspektasi klien, bahkan untuk proyek sekelas Jumbo,” tutur Robby.
Ini membuktikan bahwa industri animasi Indonesia semakin matang, dengan bakat-bakat muda yang siap bersaing di kancah global.
Pesan untuk Generasi Animator Masa Depan
Selain Max, ada pula Fandy Soegiarto, alumni DKV Petra Christian University, yang berperan sebagai Project Manager di Caravan Studio, Jakarta. Fandy dan timnya bertanggung jawab atas visual development film, termasuk character design dan environment.
“Pesan saya untuk animator muda: Cintai prosesnya! Jangan takut mencoba, karena setiap karya adalah pembelajaran,” kata Fandy.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam industri animasi, mengingat proyek seperti Jumbo melibatkan ratusan orang dengan berbagai keahlian.
Jumbo, Bukti Animasi Indonesia Bisa Go Internasional
Kesuksesan Jumbo bukan sekadar pencapaian komersial, tapi juga pengakuan atas kualitas animasi Indonesia. Di tengah tantangan seperti persaingan dengan AI dan keterbatasan anggaran, film ini membuktikan bahwa kreativitas dan kerja tim tetap menjadi kunci kesuksesan.
Peluang bagi Animator Muda di Masa Depan
Dengan semakin banyaknya produksi animasi lokal, peluang karier di industri ini semakin terbuka lebar. Max dan Fandy adalah bukti bahwa magang di studio profesional bisa menjadi pintu masuk menuju proyek besar.
Semangat Muda yang Menginspirasi Industri Animasi
Kisah Max dan Fandy membuktikan bahwa animasi Indonesia punya masa depan cerah. Dengan semangat pantang menyerah, bakat lokal bisa bersaing di tingkat global. Jumbo bukan sekadar film, tapi bukti nyata bahwa karya anak bangsa bisa mendunia!