Ruang.co.id – Di dalam keluarga, kasih sayang seharusnya dibagikan secara adil kepada setiap anak. Namun, tanpa disadari, ada momen-momen di mana orang tua terlihat lebih condong ke salah satu anak sehingga merasa ada yang disisihkan.
Misalnya, si sulung selalu mendapat pujian atas tanggung jawabnya, sementara si bungsu terus dimanja dan dianggap “anak kecil” meskipun ia juga ingin dipercaya. Atau, ketika anak yang lebih pintar di sekolah lebih sering dipuji, sedangkan yang lain hanya mendapat sedikit apresiasi atas usahanya.
Tanpa sadar, perlakuan seperti ini bisa membuat anak merasa kurang dihargai, tidak diinginkan, atau bahkan tumbuh dengan perasaan iri terhadap saudara kandungnya. Akibatnya, bukan hanya hubungan antara orang tua dan anak yang terganggu, tetapi juga hubungan antara saudara kandung yang bisa dipenuhi rasa kompetisi tidak sehat.
Lantas, bagaimana cara menghindari pilih kasih dalam mendidik anak dan memastikan semua anak merasa dihargai? Yuk, simak beberapa pola asuh yang bisa diterapkan!
Berikan Perhatian Secara Seimbang, Bukan Sama Rata
Banyak orang tua berpikir bahwa adil berarti memberikan hal yang sama kepada semua anak. Padahal, setiap anak punya kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga perhatian harus diberikan sesuai dengan keunikan mereka.
Misalnya, anak pertama mungkin lebih butuh dukungan emosional karena menghadapi ujian sekolah, sedangkan anak kedua lebih membutuhkan dorongan untuk berani bersosialisasi. Orang tua yang peka akan bisa membagi perhatian tanpa membuat salah satu anak merasa diabaikan.
Jadi, bukan soal berapa banyak perhatian yang diberikan, tetapi seberapa relevan perhatian itu untuk setiap anak.
Hindari Membandingkan Anak Satu dengan yang Lain
Ungkapan seperti “Kakak kan lebih pintar dari adik, coba belajar yang rajin seperti dia” atau “Adik tuh lebih penurut, kamu harusnya nggak banyak membantah” bisa melukai hati anak dan membuatnya merasa kurang dihargai.
Setiap anak unik dan memiliki potensinya masing-masing. Alih-alih membandingkan, fokuslah pada menghargai kelebihan setiap anak secara individu.
Jika ingin memotivasi anak, gunakan pendekatan positif seperti, “Mama tahu kamu juga bisa menemukan cara belajarmu sendiri. Yuk, kita coba cari yang paling cocok buat kamu!”.
Dengan begitu, anak merasa dihargai sebagai pribadi yang berbeda, bukan hanya dibandingkan dengan saudara kandungnya.
Luangkan Waktu Berkualitas untuk Masing-Masing Anak
Anak yang merasa disisihkan sering kali merasa tidak mendapatkan cukup waktu dengan orang tuanya. Jika dalam keluarga ada lebih dari satu anak, cobalah meluangkan waktu khusus untuk setiap anak secara bergantian.
Misalnya, hari Sabtu bisa menjadi “waktu spesial dengan Kakak”, di mana orang tua fokus bermain atau berbincang dengan anak pertama. Lalu, hari Minggu bisa menjadi “waktu spesial dengan Adik”.
Dengan adanya waktu berkualitas ini, anak akan merasa lebih dihargai dan mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung tanpa harus bersaing dengan saudara kandungnya.
Bersikap Adil dalam Mengambil Keputusan
Pilih kasih sering terjadi dalam keputusan sehari-hari, misalnya ketika satu anak lebih sering dituruti permintaannya dibanding yang lain.
Jika anak meminta sesuatu, usahakan untuk mempertimbangkan secara adil. Jangan langsung menolak keinginan salah satu anak hanya karena kebiasaan atau urutan kelahiran.
Contoh sederhana: Jika si kakak boleh tidur larut malam saat akhir pekan, tapi si adik dilarang tanpa alasan yang jelas, ini bisa menimbulkan rasa iri dan perasaan tidak adil.
Sebisa mungkin, jelaskan alasan di balik keputusan dengan cara yang bisa diterima oleh anak. Dengan begitu, mereka tidak akan merasa disisihkan hanya karena keputusan yang terlihat “berat sebelah”.
Apresiasi Usaha, Bukan Hanya Hasil Akhir
Sering kali, anak yang berhasil meraih prestasi di sekolah mendapat lebih banyak perhatian dibanding anak yang tidak. Padahal, setiap anak punya perjuangannya sendiri yang patut diapresiasi.
Misalnya, jika salah satu anak berhasil memenangkan lomba, tentu ia layak mendapat pujian. Tapi jangan lupa untuk tetap memberi apresiasi kepada anak yang lain atas usaha dan kerja kerasnya, meskipun hasilnya tidak terlihat secara langsung.
Katakan hal-hal seperti, “Mama bangga banget kamu tetap berusaha meskipun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Ayo kita coba lagi lain kali!”
Dengan begitu, anak tidak merasa harus “bersaing” untuk mendapatkan cinta dan perhatian orang tua.
Akui Kesalahan Jika Pernah Bersikap Pilih Kasih
Orang tua juga manusia yang tidak luput dari kesalahan. Terkadang, tanpa sadar, ada tindakan yang membuat anak merasa disisihkan atau kurang diperhatikan.
Jika anak pernah menunjukkan tanda-tanda merasa disisihkan, jangan ragu untuk berbicara dan meminta maaf. Katakan sesuatu seperti, “Mama sadar akhir-akhir ini lebih sering fokus ke adik. Maaf ya, Nak, Mama tetap sayang sama kamu.”
Pengakuan ini bukan hanya mengajarkan anak tentang pentingnya komunikasi terbuka, tetapi juga membuat mereka merasa lebih dihargai dan tidak menyimpan luka batin.
Menghindari pilih kasih dalam pola asuh bukan hanya soal memberikan jumlah perhatian yang sama kepada setiap anak, tetapi tentang bagaimana memahami kebutuhan mereka secara individual.
Dengan mendengarkan anak dengan penuh perhatian, menghindari perbandingan, meluangkan waktu berkualitas, dan bersikap adil dalam pengambilan keputusan, anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan tidak merasa tersisih dalam keluarga.
Kasih sayang orang tua seharusnya menjadi sumber kekuatan bagi anak, bukan ajang kompetisi antara saudara kandung. Jadi, yuk mulai terapkan pola asuh yang lebih adil agar anak merasa dihargai dan dicintai sepenuh hati!