Di Ujung Tanduk: Seringai Berjuang Temukan Arah Baru Setelah Ditinggal Ricky Siahaan Selamanya

Masa depan Seringai tanpa Ricky
Pasca-kepergian Ricky Siahaan, Seringai hadapi masa sulit. Foto: @IG_seringai_official
Mascim
Mascim
Print PDF

Ruang.co.id – Panggung Vans Block Party di Blok M Jakarta Selatan menjadi saksi bisu konser paling emosional Seringai sepanjang karier mereka. Tanpa Ricky Siahaan—sang gitaris yang meninggal 19 April 2025—Arian Arifin dan kawan-kawan tampil dengan luka yang masih mentah. “Ini bukan sekadar kehilangan anggota band, tapi saudara,” ujar Arian dengan suara parau, menyiratkan betapa band kehilangan personel kunci seperti Ricky adalah pukulan telak.

Di balik riuh tepuk tangan penggemar, pertanyaan besar menggelayut: Akankah Seringai bertahan atau ikut runtuh? Persoalan ini bukan hanya soal regenerasi musisi, tapi juga menghadapi realita pahit bahwa mencari pengganti Ricky Siahaan di Seringai bagai mencari jarum di tumpukan sekam.

Ricky Siahaan: Jiwa yang Tak Tergantikan dalam Seringai

Selama 23 tahun berdiri, Seringai dan Ricky Siahaan adalah dua entitas yang menyatu. Gitaris kelahiran Medan ini bukan sekadar pemain teknis, tapi arsitek sound kasar yang menjadi DNA lagu-lagu seperti “Serigala Militia” dan “Taring”. “Dia selalu tahu cara mengubah riff sederhana jadi ledakan emosi,” kenang Arian di sela-sela konser pertama Seringai pasca duka.

Bahkan di rekaman terakhirnya, Ricky disebut-sebut sedang mengeksplorasi nuansa baru yang belum sempat terealisasi. Kini, karya itu menjadi harta karun yang mungkin tak akan pernah dirilis—simbol dari duka mendalam Arian Arifin dan ketidakpastian masa depan band.

Pilihan Sulit di Meja Diskusi: Bertahan atau Membubarkan Diri?

Sumber internal mengungkapkan, Seringai sedang menjalani serangkaian diskusi intens. Beberapa skenario sedang dipertimbangkan, tapi semua berujung pada dilema yang sama: bagaimana melanjutkan tanpa sosok sentral? Beberapa personel bahkan mengaku kesulitan membayangkan masa depan Seringai tanpa Ricky, terutama di tengah industri musik yang sudah berubah drastis.

Baca Juga  Peterpan Melepas Rindu, Akun Misterius Ungkap Sinyal Comeback?

Ada wacana mengundang musisi tamu untuk tur mendatang, tapi risiko kehilangan identitas asli mengintai. Opsi lain adalah hiatus—memberi jarak untuk berduka sekaligus mengevaluasi langkah. Yang pasti, keputusan apapun tak akan diambil terburu-buru. “Kami butuh waktu untuk mendengar suara hati masing-masing,” tegas Arian.

Dukungan Penggemar: Oksigen untuk Seringai yang Terluka

Di tengah kebimbangan itu, gelombang dukungan dari Seringai Mania justru membanjiri media sosial. Tagar #SeringaiTerusBerdenting menjadi trending, diiringi ribuan komentar penggemar yang berharap band terus berkarya. “Ricky pasti ingin kalian lanjut,” tulis seorang fans di Instagram, menyentuh hati banyak pihak.

Animo ini mungkin menjadi penanda bahwa industri musik tanah air masih membutuhkan Seringai—dalam bentuk apapun. Tapi satu hal yang pasti: apapun keputusan akhir mereka, nama Ricky Siahaan akan tetap abadi sebagai bagian dari sejarah musik rock Indonesia.

Sebuah Babak yang Belum Selesai

Kepergian Ricky Siahaan bukan sekadar akhir, tapi juga awal dari sebuah tantangan eksistensial bagi Seringai. Di tengah gejolak itu, satu hal tetap jelas: musik mereka telah mengukir sejarah—dan sejarah tak pernah benar-benar mati.

“Berdenting atau diam, Seringai tetaplah legenda.”

Penampilan terakhir Ricky adalah beberapa minggu sebelum meninggal pada 19 April 2025. Konser tanpa dirinya digelar 30 April 2025.

Hingga kini belum ada keputusan. Proses seleksi—jika ada—akan sangat ketat mengingat posisi Ricky yang spesial.

Arian mengaku sangat terpukul, tapi berusaha tegar untuk menghormati warisan musik Ricky.