Surabaya di 732 Tahun: Kota Pahlawan yang Menyinari Masa Depan Anak Bangsa”

Surabaya 732 Tahun
Perayaan Hari Jadi Surabaya ke-732 dengan anak-anak tersenyum di Taman Surya, simbol masa depan cerah Kota Pahlawan. Foto: Dok Humas
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Ruang.co.id – Tujuh abad lebih Surabaya berdiri. Di usia ke-732 tahun, kota ini bukan sekadar menua dalam hitungan tahun, melainkan matang dalam visi. Sebuah harapan besar tumbuh: menjadikan Surabaya sebagai ruang hidup yang ramah, adil, dan memberdayakan anak-anak sebagai pemilik masa depan.

Bukan mimpi kosong, tetapi cita-cita yang terus dipahat dalam kerja nyata dan konsistensi. Di tengah gemerlap pembangunan, pendidikan berbasis nilai-nilai humanis menjadi suluh utama.

Isa Ansori, tokoh perlindungan anak Jawa Timur, tak ragu menyebut Surabaya sebagai pionir kota layak anak. ā€œSurabaya kian cantik bukan hanya karena infrastruktur, tapi karena kehadiran ruang-ruang inklusi yang menyentuh semua golongan,ā€ ujar pria yang juga menjabat sebagai pengurus Lembaga Perlindungan Anak Jatim.

Kota ini memang tidak sekadar membangun gedung, jalan, atau taman. Ia membangun jiwa dan karakter, melalui pendidikan yang mengedepankan keunikan setiap anak.

Pendekatan humanis, yang selama ini digaungkan Wali Kota Eri Cahyadi, selaras dengan karakter Kota Pahlawan: tangguh, kreatif, dan tidak pernah membiarkan satu anak pun tertinggal.

Program seperti Kampung Anak Negeri menjadi cermin betapa Surabaya bukan hanya kota pembangunan, tetapi kota penyelamat masa depan.

Di tempat ini, anak-anak yang sebelumnya kerap berkonflik, disalurkan bakatnya ke dalam olahraga seperti tinju atau beladiri. Bukan sekadar latihan fisik, tapi pembentukan disiplin dan penguatan mental. Dari kerasnya jalanan, mereka dididik menjadi pribadi tangguh dengan jiwa sportif.

Tak hanya itu, Asrama Bibit Unggul menjadi oasis bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dan penyandang disabilitas. Mereka mendapatkan pendidikan menyeluruh, mulai dari akademik, pengembangan karakter, hingga eksplorasi bakat. Sebuah pendekatan menyeluruh yang menjadikan setiap anak bukan hanya murid, tetapi manusia seutuhnya yang dihargai.

Isa meyakini, inisiatif seperti ini tidak bisa berhenti hanya karena usia kota bertambah. Justru semakin tua, Surabaya harus semakin dewasa dalam memperlakukan warganya, khususnya anak-anak. ā€œMasa depan kota ini ada di tangan mereka. Maka pendekatannya harus inklusif, humanis, dan adil,ā€ katanya.

Dengan segala potensi dan praktik baik yang telah ditunjukkan, Surabaya disebutnya layak menjadi model nasional dalam pembangunan pendidikan berbasis nilai.

Sebuah kota yang tidak hanya tumbuh dari fisik, tapi juga dari kasih sayang, kedisiplinan, dan kesetaraan. Kota yang tidak membiarkan satu anak pun kehilangan harapan hanya karena latar belakang ekonomi atau perilaku masa lalunya.

Dalam usianya yang ke-732, Surabaya sedang menulis babak baru sejarahnya. Bukan hanya sebagai kota pahlawan, tetapi kota pengasuh generasi penerus bangsa.

Ketika anak-anak tumbuh dengan cinta dan kesempatan yang setara, maka kota ini telah memenangkan masa depan. Dalam gema perayaannya, harapan itu semakin lantang, ā€œSurabaya harus terus menjadi rumah bagi harapan setiap anak!ā€.