Ruang.co.id – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) kembali menorehkan prestasi gemilang di dunia penelitian. Pada Ramadan 2025 lalu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unusa menerima kabar gembira berupa pengakuan resmi dari Kementerian Pendidikan Tinggi. Sebanyak 14 jurnal ilmiah Unusa berhasil meraih akreditasi SINTA, dengan pencapaian tertinggi diraih oleh Indonesian Journal of Medical Laboratory Science and Technology (IJMLST) yang kini telah terindeks Scopus.
Prestasi ini tidak datang dengan mudah. Dr. Fifi Khoirul Fitriyah, Kepala Bidang 4 LPPM Unusa yang juga Ketua ARJUNU, menjelaskan perjalanan panjang di balik kesuksesan ini. “Dari 16 jurnal yang kami kelola, 14 di antaranya kini memiliki akreditasi SINTA. Dua jurnal bahkan naik peringkat, sementara Nursing and Holistic Care berhasil meraih akreditasi perdana di level SINTA 3,” paparnya dengan nada bangga.
Peta prestasi jurnal Unusa menunjukkan distribusi yang mengesankan. Di puncak piramida terdapat IJMLST yang tidak hanya terakreditasi SINTA 1 tetapi juga telah diakui oleh Scopus, sistem indeksasi paling bergengsi di dunia akademik. Sementara itu, Environmental Technology Management (ETM) tercatat dalam California Birth Index (CABI), sebuah pencapaian langka untuk jurnal lokal.
Tidak kalah penting, sebelas jurnal Unusa lainnya berhasil masuk dalam Directory of Open Access Journals (DOAJ), platform yang menjadi tolok ukur kualitas publikasi akses terbuka. “Ini membuktikan komitmen kami terhadap transparansi dan keterbukaan ilmu pengetahuan,” tambah Dr. Fifi.
Di balik kesuksesan ini, LPPM Unusa menerapkan strategi tiga pilar yang terbukti efektif. Pertama, penguatan kapasitas editor melalui serangkaian pelatihan intensif. Kerjasama dengan Asosiasi Relawan dan Pengelola Jurnal PTNU (ARJUNU) dan berbagai institusi pemerintah menjadi kunci utama.
Kedua, ekspansi jaringan kolaborasi baik secara nasional maupun internasional. Unusa aktif menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi, baik NU maupun non-NU, untuk memperkaya perspektif dan meningkatkan kualitas review. “Kami sengaja mengundang editor dari berbagai negara untuk menjamin objektivitas dan kualitas tulisan,” jelas Dr. Fifi.
Ketiga, komitmen pendanaan dan dukungan institusi. Pimpinan Unusa memberikan dukungan penuh terhadap upaya peningkatan kualitas jurnal, mulai dari penyediaan infrastruktur hingga insentif bagi para editor.
Pencapaian ini bukan sekadar angka statistik. Bagi dosen dan peneliti Unusa, akreditasi SINTA membuka pintu lebih lebar untuk mempublikasikan karya ilmiah mereka. Bagi mahasiswa, ini berarti kesempatan lebih besar untuk terlibat dalam publikasi bereputasi sejak dini.
“Target kami ke depan jelas: memperbanyak jurnal yang terindeks Scopus dan sistem internasional lainnya,” tegas Dr. Fifi. Dengan semangat ini, Unusa tidak hanya berkompetisi di tingkat nasional, tetapi telah memulai langkah konkrit untuk go international.