ruang

Usia 19 Tahun, Arek Bondowoso Jadi Wisudawan Termuda di ITS

wisudawan termuda ITS
Wisudawan Termuda, Giselle Hage (Kemeja Biru) saat membimbing praktikum di Laboratorium Sistem dan Sibernetika Departemen Teknik Elektro ITS
Ruang redaksi
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.id – Genap berusia 19 tahun 9 bulan, Giselle Hage resmi dikukuhkan sebagai wisudawan termuda pada gelaran Wisuda ke-129 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Meski masih usia muda tidak menghambat wisudawan dari Departemen Teknik Elektro ITS ini untuk bisa lebih dulu lulus dan akan diwisuda pada gelaran hari kedua, Minggu (21/4) nanti.

Memulai pendidikan di usia belia, Giselle menuturkan bahwa ia mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD) sejak berusia 4 tahun di SD Dabasah 2 Bondowoso. Hal ini tidak lepas dari kecakapannya dalam menguasai kemampuan membaca dan berhitung di usia dini. “Waktu itu aturan terkait usia minimal belum terlalu ketat, jadi bisa didaftarkan sebagai siswa SD di usia belia,” ungkap Giselle.

Alumnus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jember ini bercerita bahwa dalam setiap jenjang pendidikannya, ia selalu menjadi pelajar termuda di antara rekan-rekannya. Kendati demikian, hal tersebut tidak menghalanginya untuk cepat beradaptasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Mahir di bidang fisika, Giselle gemar mengeksplorasi alat mikrokontroler sejak SMA. Hal itu juga yang mendasari keputusannya untuk mendaftar ke Departemen Teknik Elektro ITS.

Minatnya pada sistem kontrol tersebut dituangkan dalam tugas akhirnya yang berjudul Kontrol Pembagian Tugas Multiagen Menuju Multitarget dengan Penghindaran Halangan menggunakan Artificial Potential Field. “Pada dasarnya, penelitian ini mengatur bagaimana sistem mengambil keputusan secara otomatis berdasarkan kondisi yang diberikan,” jelas putri dari almarhum Iwan Sugiharto dan Tryphena Hage tersebut.

Lebih lanjut, Giselle mengungkapkan multiagen yang dikembangkannya berupa tujuh buah drone yang masing-masing memiliki empat baling-baling atau disebut quadcopter. Dengan memperhitungkan faktor jarak dan kecepatan, setiap drone tersebut akan mempertimbangkan cara untuk mencapai target berdasarkan medan artifisial. Penelitian ini memanfaatkan daya tolak dan daya tarik yang diberikan pada agen, target dan halangan yang ada.

Baca Juga  Tangis Haru Warnai Pembagian Sembako Anak-anak Yatim Piatu dan Anak Terlantar

Lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,71, bungsu dari tiga bersaudara itu mengungkapkan bahwa keluarga dan rekan-rekannya menjadi motivasi dan semangatnya dalam belajar. Di samping itu, beasiswa Fast Track yang diterimanya untuk melanjutkan studi di Program Magister Teknik Sistem Kontrol ITS mendorongnya untuk menyelesaikan studinya dengan lebih cepat.

Wisudawan kelahiran Bondowoso, 16 Juli 2004 ini juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (Himatektro) ITS di bidang Ilmu Keprofesian. Giselle mengungkapkan keinginannya untuk dapat berkontribusi meningkatkan keterampilan profesi bagi mahasiswa Teknik Elektro. “Saya senang dengan hal yang berbau akademik dan ingin bermanfaat bagi sekitar,” tutur Giselle.

Kesenangannya untuk memberikan manfaat akademik juga ditunjukkan saat menjadi asisten laboratorium. Di tahun ketiganya berkuliah, ia bergabung di Laboratorium Sistem dan Sibernetika Departemen Teknik Elektro ITS sebagai asisten praktik. Bersama rekan-rekannya, Giselle membimbing serta menyediakan alat bantu praktikum bagi mahasiswa.

Giselle menuturkan harapannya agar pengalaman yang didapatkannya selama berkuliah dapat membantu dalam perjalanan karirnya ke depan. Ia bertekad akan tetap konsisten untuk mengembangkan potensi agar dapat bermanfaat lewat bidang ilmunya. “Selama melanjutkan studi di ITS, saya akan terus mengembangkan diri di tempat (ITS, red) ini,” tuturnya mengakhiri. (*)