Surabaya, Ruang.co.id – Belakangan kita sering mendengar kata FOMO. FOMO singkatan dari “Fear of Missing Out”, fenomena psikologis yang menggambarkan perasaan cemas atau gelisah ketika seseorang merasa bahwa mereka melewatkan kesempatan atau pengalaman berharga yang sedang dinikmati oleh orang lain. Istilah ini pertama kali muncul di era digital, terutama dengan meningkatnya penggunaan media sosial.
Di era media sosial, FOMO semakin mudah dirasakan. Orang-orang sering melihat postingan teman, keluarga, atau kenalan yang menunjukkan momen-momen menyenangkan seperti liburan, acara sosial, atau pencapaian pribadi. Hal ini dapat membuat seseorang merasa tertinggal atau kurang beruntung karena tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut.
FOMO dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang.
- Kecemasan berlebih. Terus-menerus merasa tertinggal dapat menyebabkan kecemasan yang berkelanjutan.
- Rendah diri. Melihat orang lain yang tampaknya lebih bahagia atau sukses dapat menurunkan harga diri.
- Tidak puas dengan kehidupan sendiri. Fokus pada kehidupan orang lain bisa membuat seseorang tidak menghargai atau menikmati hidupnya sendiri.
Cara meminimalis rasa FOMO, berikut ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya.
- Batasi penggunaan media sosial. Mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dapat membantu mengurangi paparan terhadap konten yang memicu FOMO.
- Fokus pada diri sendiri. Alihkan perhatian pada hal-hal positif dalam hidup sendiri, seperti hobi, pencapaian, dan hubungan yang bermakna.
- Praktikkan mindfulness. Teknik mindfulness atau kesadaran penuh dapat membantu seseorang untuk tetap berada di momen saat ini dan menghargai apa yang dimiliki.
FOMO merupakan bagian dari tantangan hidup di era digital yang bisa memberikan dampak signifikan pada kesehatan mental. Dengan memahami FOMO dan mengambil langkah-langkah cara untuk mengatasinya, seseorang dapat lebih fokus pada kebahagiaan dan kepuasan diri tanpa terganggu oleh kehidupan orang lain. (R4)