Big Deal Gaspol! Jadwal Tayang Dimajukan, Siap Hadirkan Drama Bisnis Pedih Era Krisis 1997

Perubahan jadwal film Big Deal 2025
Poster resmi Big Deal menampilkan Yoo Hae Jin (kiri) sebagai bos soju tradisional dan Lee Je Hoon (kanan) sebagai eksekutif investasi global dalam pose konfrontasi. Foto:@IG_coppamagz
Ruang Ilham
Ruang Ilham
Print PDF

Ruang.co.id – Penggemar film Korea dan pecinta drama bisnis bersiap-siap! Big Deal, film yang dinanti sebagai salah satu blockbuster Korea 2025, tiba-tiba menggebrak industri hiburan dengan memajukan jadwal penayangannya sepekan lebih awal. Kabar ini langsung menjadi trending topic di portal-film Asia, terutama setelah tim produksi mengonfirmasi perubahan jadwal melalui rilis resmi yang dikutip Soompi.

Awalnya dijadwalkan tayang *3 Juni 2025*, film besutan sutradara papan atas Korea ini justru akan meluncur lebih cepat pada *30 Mei 2025*. Langkah ini dinilai sebagai strategi cerdik untuk menyedot perhatian penonton sebelum memasuki musim film Hollywood di bulan Juni. Bagi kalangan sineas, keputusan ini sekaligus menegaskan betapa percaya dirinya pihak produksi terhadap kualitas film ini.

Big Deal Bukan Sekadar Film Bisnis Biasa

Apa yang membuat Big Deal layak ditunggu? Film ini menghadirkan konflik manusia multidimensi yang jarang diangkat di layar lebar Korea. Berlatar belakang krisis finansial Asia 1997—periode kelam yang membentuk Korea modern—kisah ini menyoroti pertarungan antara nilai tradisi dan tekanan globalisasi melalui lensa industri soju.

Dua Kekuatan Akting yang Berbenturan

Di satu sisi, ada Yoo Hae Jin, aktor karakter legendaris yang memerankan Pyo Jong Rok, seorang kepala keuangan perusahaan soju keluarga. Karakter ini digambarkan sebagai sosok yang memegang teguh prinsip “soju adalah warisan leluhur”. Di sisi lain, Lee Je Hoon yang kerap berperan sebagai karakter kompleks, tampil sebagai Choi In Beom, eksekutif investasi global yang melihat soju semata-mata sebagai komoditas bisnis.

Dinamika konflik mereka bukan sekadar pertentangan ideologi, melainkan juga cerminan dilema Korea di era globalisasi. Adegan-adegan tense antara kedua aktor ini disebut-sebut menjadi highlight film, terutama saat mereka berdebat tentang nasib pekerja pabrik soju di tengah krisis.

Krisis 1997: Latar yang Masih Relevan

Yang membuat Big Deal istimewa adalah cara film ini mengaitkan sejarah dengan isu kontemporer. Krisis 1997—yang dalam film digambarkan melalui adegan demonstrasi buruh dan kebangkrutan perusahaan—ternyata masih memiliki echo hingga hari ini. Analis budaya bahkan menyebut film ini sebagai political commentary halus tentang ketegangan antara chaebol (konglomerat Korea) dan kekuatan asing.

Strategi Marketing yang Cerdik

Keputusan memajukan jadwal tayang ke akhir Mei bukan tanpa alasan. Periode ini merupakan golden window bagi bioskop Korea, karena bertepatan dengan libur sekolah dan momen jelang pergantian musim. Dengan strategi ini, Big Deal bisa memaksimalkan opening weekend sebelum menghadapi persaingan ketat di bulan Juni.