Ruang.co.id – Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) harus menerima kenyataan pahit setelah FIFA menjatuhkan sanksi berat terkait tindakan diskriminatif yang dilakukan suporter Timnas Indonesia saat menjamu Bahrain dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Keputusan ini menjadi tamparan keras bagi dunia sepak bola tanah air yang tengah berupaya memperbaiki citra dan meningkatkan profesionalisme, baik di level manajemen maupun suporter. Senin, (12/5/2025).
Insiden Memalukan di Kandang Sendiri
Berdasarkan laporan resmi FIFA, kericuhan terjadi di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 25 Maret 2025. Sekitar 200 suporter yang berada di sektor 19 diketahui meneriakkan yel-yel bernada xenofobia pada menit ke-80 pertandingan. Sistem pemantauan anti-diskriminasi FIFA mencatat bahwa tribun utara dan selatan menjadi episentrum aksi tidak sportif tersebut. Kedua tribun tersebut selama ini dikenal sebagai area basis suporter paling fanatik dan vokal dalam mendukung Timnas Indonesia.
Insiden ini bukan hanya merusak atmosfer pertandingan, tetapi juga mencoreng nama baik sepak bola Indonesia di kancah internasional. FIFA, sebagai badan tertinggi sepak bola dunia, memiliki aturan ketat terkait diskriminasi, rasisme, dan xenofobia. Pelanggaran terhadap aturan ini selalu berujung pada sanksi tegas, dan kali ini PSSI harus menanggung konsekuensinya.
Konsekuensi yang Harus Ditanggung PSSI
Arya Sinulingga, selaku anggota Executive Committee (EXCO) PSSI, mengungkapkan detail hukuman yang dijatuhkan FIFA. Pertama, PSSI diwajibkan membayar denda sebesar Rp400 juta sebagai bentuk pertanggungjawaban atas insiden tersebut. Selain itu, kapasitas penonton untuk laga kandang berikutnya harus dikurangi 15%, terutama di belakang gawang utara dan selatan—area yang menjadi pusat keramaian suporter paling fanatik.
FIFA memberikan opsi penggantian penonton di kursi yang dikosongkan. Kursi tersebut boleh diisi oleh komunitas anti-diskriminasi, kelompok keluarga, atau pelajar dengan syarat memasang spanduk kampanye toleransi. Kebijakan ini dinilai sebagai bentuk hukuman sekaligus edukasi bagi masyarakat dan suporter sepak bola Indonesia.
Pelajaran Berharga untuk Sepak Bola Indonesia
Insiden ini memicu evaluasi mendalam terkait budaya suporter di Indonesia. Arya Sinulingga menegaskan perlunya program literasi dan pendidikan anti-diskriminasi yang masif untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. “Kita harus bersama-sama memerangi ujaran kebencian, rasisme, dan xenofobia di tribun,” ujarnya dengan nada prihatin.
Sanksi dari FIFA akan segera berlaku pada pertandingan kandang berikutnya, yaitu saat Timnas Indonesia menjamu China pada 5 Juni 2025. Momentum ini diharapkan menjadi titik balik bagi kesadaran suporter Indonesia tentang pentingnya menjaga sportivitas dan menghindari tindakan yang dapat merusak citra sepak bola nasional.
Dengan adanya sanksi ini, PSSI dan seluruh stakeholder sepak bola Indonesia diharapkan dapat mengambil langkah-langkah preventif, termasuk kerja sama dengan pihak kepolisian dan asosiasi suporter untuk memastikan pertandingan berjalan aman dan bebas dari aksi diskriminatif. Jika tidak, bukan tidak mungkin FIFA akan memberikan sanksi yang lebih berat di kemudian hari.

