Ruang.co.id – Delapan tahun setelah kesuksesan film pertamanya, Assalamualaikum Beijing 2: Lost in Ningxia hadir dengan narasi yang lebih kompleks. Film besutan Guntur Soeharjanto ini tidak hanya mengusung tema romansa religi, tetapi juga menyelami kehidupan komunitas Muslim di Ningxia, Tiongkokāsebuah latar yang jarang dieksplorasi di sinema Indonesia. Kamis, (22/5/2025).
Konflik Batin Aisha: Antara Cinta Lama dan Pencerahan Spiritual
Kisah bermula ketika Aisha (Yasmin Napper), seorang jurnalis yang baru memeluk Islam, memutuskan meninggalkan Jakarta untuk menyusul Arif (Emir Mahira), kekasihnya yang bekerja di Ningxia. Namun, tak disangka, Arif menghilang tanpa kabar segera setelah kedatangannya.
Di tengah kebingungannya, Aisha bertemu dengan Mo (Baskara Mahendra), pemuda keturunan Tionghoa-Indonesia yang telah lama menetap di Ningxia. Mo, yang awalnya hanya ingin membantu, lambat laun menjadi sandaran emosional Aisha. Uniknya, interaksi mereka justru membawa Aisha pada pemahaman baru tentang makna ikhlas dan ketuhananāhal yang tidak ia dapatkan selama hubungannya dengan Arif.
Ningxia sebagai Simbol Pencarian Identitas
Lokasi syuting di Ningxia bukan sekadar latar belakang. Daerah otonom ini dikenal sebagai pusat komunitas Muslim Hui, etnis minoritas yang harmonis dalam masyarakat Tiongkok. Film ini memanfaatkan setting ini untuk menggambarkan dualitas budaya yang dialami Aisha: antara identitas barunya sebagai mualaf dan ketertarikan pada Mo yang mewakili harmoni Timur-Barat.
Adegan-adegan di pasar malam Ningxia, masjid bergaya arsitektur Tiongkok, hingga ritual keagamaan lokal dihadirkan dengan detail autentik. Hal ini tidak hanya memperkaya visual, tetapi juga menawarkan edukasi budaya bagi penonton Indonesia yang mungkin belum familiar dengan kehidupan Muslim di Tiongkok.
Dilema Akhir: Romansa vs. Spiritualitas
Puncak konflik terjadi ketika Arif kembali dengan segudang rahasia. Aisha dihadapkan pada pilihan sulit: kembali ke hubungan lamanya yang penuh ketidakpastian atau melanjutkan ikatan baru dengan Mo yang justru membantunya menemukan kedamaian.
Film ini menghindari klise dengan tidak menjadikan agama sebagai alat justifikasi. Alih-alih, Asma Nadia sebagai penulis cerita orisinal memilih mengeksplorasi ketulusan hati sebagai inti dari semua keputusan Aisha.
Daftar Pemain dan Peran Krusial
Yasmin Napper sebagai Aisha membawakan nuansa emosional yang lebih matang dibandingkan film pertama. Baskara Mahendra sebagai Mo berhasil mencuri perhatian dengan karakternya yang rendah hati namun penuh kedalaman. Sementara Emir Mahira menghadirkan aura misterius sebagai Arif yang kontras dengan kepribadian Mo.
Tak kalah menarik, kehadiran Ferry Salim sebagai Baba Rahman (ayah Aisha) dan Ria Ricis dalam peran cameo sebagai Evy menambah dinamika hubungan antar karakter.
Analisis: Mengapa Film Ini Layak Dinantikan?
- Eksplorasi Budaya Unik ā Penggambaran kehidupan Muslim Hui di Tiongkok adalah hal baru bagi penonton Indonesia.
- Karakter Multidimensi ā Aisha bukan sekadar perempuan yang bimbang, tetapi representasi pencarian jati diri generasi muda.
- Sinematografi Memukau ā Pengambilan gambar di lokasi asli Ningxia memberikan kesan visual yang epik.

