Baznas Nganjuk Belajar Filantropi Zakat dari Minoritas Bali

Baznas Nganjuk
Baznas Nganjuk belajar strategi zakat inklusif dari Denpasar, Bali. Zakat tumbuh subur di tengah minoritas lewat inovasi dan kolaborasi. Foto: Istimewa
Ruang redaksi
Print PDF

Denpasar, Ruang.co.id — Dalam upaya meneguhkan semangat berbagi di tengah tantangan minoritas Muslim, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Nganjuk melakukan kunjungan inspiratif ke Kota Denpasar, Bali, pada 11–12 Juli 2025.

Studi ini menjadi simbol silaturahmi spiritual sekaligus transformasi filantropi Islam yang inklusif dan progresif.

Rombongan dipimpin langsung oleh Ketua BAZNAS Nganjuk, H. Zainal Arifin, bersama tiga wakil ketua, dan disambut hangat oleh Ketua BAZNAS Kota Denpasar, Ustaz Ferry Hendri beserta jajaran amil zakat setempat.

Dalam sambutannya, Ferry mengungkapkan rasa syukurnya atas kedatangan tamu dari Jawa Timur tersebut.

ā€œTerima kasih atas kunjungan saudara-saudara dari BAZNAS Nganjuk. Ini semakin memotivasi kami untuk terus berjuang menegakkan zakat di tengah tantangan minoritas,ā€ ujar Ferry penuh haru.

Zainal Arifin menyampaikan bahwa kunjungan ini bukan sekadar seremonial. Namun bagian dari ikhtiar untuk menimba strategi pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di wilayah dengan keterbatasan dukungan pemerintah dan jumlah umat.

ā€œSaya kira BAZNAS Denpasar luar biasa. Ada ilmu dan strategi yang perlu kami pelajari agar pelayanan kami makin bermanfaat,ā€ kata Zainal dengan mata berbinar.

Di Denpasar, penghimpunan dana ZIS sebagian besar berasal dari Unit Pengumpul Zakat (UPZ) masjid dan donatur sukarela.

Menariknya, program unggulan seperti kencleng infak di kalangan pelajar, menjadi ikon edukasi zakat sejak dini.

Melalui kerja sama dengan Kemenag Kota Denpasar, para siswa madrasah dibekali kaleng infak yang dikumpulkan rutin untuk mendukung operasional BAZNAS.

Muhammad Roissudin, Wakil Ketua I BAZNAS Nganjuk menekankan pentingnya adaptasi budaya dalam mengelola ZIS.

ā€œSetiap daerah punya kultur yang berbeda, tapi ada ilmu yang bisa kami duplikasi dan modifikasi. Ini penting untuk meningkatkan efektivitas pengumpulan ZIS dari jalur non-APBD,ā€ tegas Roissudin.

Baca Juga  AirAsia Bikin Gebrakan! Rute Baru Bali-Adelaide Buka Hari Ini, Tiket Langsung Australia Selatan Mulai Rp 1,5 Juta Saja!

Kunjungi JEE Center, Zakat dan Wakaf Berkelanjutan

Selain berdiskusi di kantor BAZNAS Denpasar, rombongan juga mengunjungi Yayasan Al Hikmah di Joglo Eco Education Center.

Di tempat ini, mereka melihat langsung praktik pemberdayaan umat berbasis eco-farming, hidroponik, dan budidaya ikan lele.

Program ini bukan sekadar proyek ekonomi, tapi simbol nyata dari zakat produktif dan wakaf berkelanjutan.

Nilai-nilai religius juga menyatu dalam praktik sosial yang dijalankan. Salah satu moto inspiratif di pusat edukasi ini adalah: “Jika hari kiamat tiba, dan di tanganmu ada benih, tanamlahā€.

Kalimat ini menjadi pengingat bahwa menanam kebaikan tidak pernah sia-sia, bahkan di tengah keterbatasan.

Kunjungan ini membuka cakrawala baru bagi BAZNAS Nganjuk, dan menjadi preseden penting bahwa filantropi Islam tidak hanya milik mayoritas.

Dengan semangat kolaborasi, zakat tetap tumbuh subur meski dalam lingkungan minoritas. (Rois/Din| Ruang.co.id)