Ruang.co.id – Suasana Disperpusip Jatim di Jalan Menur Pumpungan 32 Surabaya pagi itu berbeda dari biasanya. Rombongan 25 anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Jawa Timur memadati ruang baca dengan satu misi khusus: menggali strategi meningkatkan literasi keluarga melalui metode dongeng dan membaca nyaring (read aloud). Kunjungan ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan upaya nyata para istri aparatur sipil negara (ASN) untuk membangun budaya baca sejak dini di lingkungan keluarga. Kamis, (17/7/2025).
Kepala Disperpusip Jatim, Ir. Tiat S. Suwardi, MSi, menyambut hangat kedatangan rombongan yang dipimpin langsung oleh Ketua DWP BPKAD Jatim, dr. Een Hendarsih. “Literasi itu ibarat oksigen untuk perkembangan anak. Tidak hanya melibatkan mata untuk membaca, tapi semua panca indra harus aktif,” ujar Tiat dengan semangat. Ia menekankan bahwa perpustakaan modern seperti Disperpusip Jatim telah bertransformasi menjadi pusat solusi, tempat masyarakat bisa menemukan jawaban atas berbagai persoalan melalui kekuatan literasi.
Dalam sesi khusus, Tiat memaparkan dua teknik utama yang terbukti efektif menumbuhkan kecintaan anak pada buku: mendongeng dan read aloud. “Kedua metode ini seperti kunci ajaib yang membuka pintu imajinasi anak,” jelasnya.
Dr. Een Hendarsih mengapresiasi melihat beragam program di Disperpusip Jatim. “Saya selalu membayangkan perpustakaan sebagai tempat sepi berdebu, ternyata ini seperti taman bermain literasi!” ujarnya takjub. Rombongan diajak berkeliling melihat fasilitas mutakhir seperti layanan drive thru, ruang dongeng interaktif, hingga inkubator literasi untuk pengembangan bakat menulis.
Een menegaskan komitmen DWP BPKAD Jatim untuk menerapkan ilmu ini di lingkungan mereka. “Kami akan buat pojok baca di kantor dan rumah anggota. Story telling akan jadi menu wajib dalam pertemuan rutin kami,” tegasnya. Dr. Een Hendarsih menambahkan, “Seorang ibu adalah guru pertama literasi. Membacakan buku sejak dini sama dengan memberi anak senjata untuk menghadapi masa depan.”
Kunjungan mencapai puncaknya saat rombongan diajak mengeksplorasi berbagai sudut Disperpusip. Mereka tak hanya melihat koleksi buku anak, tapi juga menyaksikan langsung aktivitas di pelataran maos (baca) dan selasar literasi. “Setiap sudut dirancang untuk membuat masyarakat jatuh cinta pada buku,” ujar Tiat sambil menunjukkan galeri Majapahit yang memukau.

