UPH Galang Siswa SMA Surabaya Lawan Bullying Digital dan Jaga Privasi di Medsos

UPH Edukasi Pelajar SMA Tentang HAM
UPH Surabaya ajak pelajar SMA pahami pentingnya HAM di dunia digital. Bahas bullying, kebocoran data, dan cara jadi agen perubahan di sekolah! Foto: Istimewa
Ruang redaksi
Print PDF

Ruang.co.id – Universitas Pelita Harapan (UPH) Surabaya menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Peran Generasi Muda Terkait Pelanggaran HAM di Sekolah pada Era Digital” yang dihadiri puluhan pelajar dari berbagai SMA ternama di Surabaya dan Sidoarjo. Acara ini digelar sebagai respons atas maraknya kasus pelanggaran hak asasi manusia di lingkungan sekolah yang kerap terjadi tanpa disadari, terutama dalam bentuk perundungan siber dan penyalahgunaan data pribadi. Rabu, (16/7/2025).

Toar RE Mangaribi, S.H., M.Si, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur, menjadi pembicara utama yang membongkar fakta mengejutkan. “Tingkat kekerasan verbal dan psikologis justru paling tinggi terjadi di jenjang SMA. Banyak siswa tidak menyadari bahwa sekadar mengolok fisik teman di grup chat atau menyebarkan foto tanpa izin sudah termasuk pelanggaran HAM,” tegasnya.

Toar menekankan pentingnya edukasi HAM sejak dini sebagai benteng pertahanan pertama. Ia mengusulkan pembentukan komunitas peduli HAM di setiap sekolah sebagai wadah bagi siswa untuk berdiskusi dan melapor tanpa takut dihakimi. “Kolaborasi antara Kemenkumham, sekolah, dan kampus seperti UPH ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman,” tambahnya.

Para mahasiswa UPH yang hadir sebagai pemateri memberikan perspektif segar tentang dampak media sosial terhadap kehidupan pelajar. Charlie dari Tim Debat UPH memaparkan, “Kasus kebocoran data pribadi sering bermula dari hal sepele seperti mengunggah foto teman tanpa persetujuan. Padahal, ini bisa berujung pada diskriminasi dan stigmatisasi.”

Hedy Aprilia, juga dari Tim Debat UPH, menambahkan bahwa konten negatif yang viral bisa meninggalkan trauma jangka panjang. “Korban bullying digital sering mengalami gangguan kepercayaan diri bahkan setelah lulus sekolah,” ujarnya.

Kenneth Miloslavic Sugianto, ketua pelaksana acara, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah membangun kesadaran kolektif di kalangan pelajar. “Kami ingin siswa menyadari bahwa mereka bisa menjadi duta HAM dengan langkah sederhana: berpikir dua kali sebelum mengunggah konten, tidak ikut menyebarkan candaan negatif, dan berani melapor ketika melihat ketidakadilan,” jelas Kenneth.

Baca Juga  Banyak ASN Gagal Aktivasi MFA! Ini Solusi Tuntas Kode OTP Invalid di ASN Digital BKN

Antusiasme peserta terlihat dari sesi diskusi yang dipenuhi pertanyaan kritis. Seorang siswa SMA Nation Star Academy bercerita, “Saya baru sadar bahwa ikut mengomentari postingan negatif tentang teman termasuk pelanggaran privasi. Sekarang saya akan lebih hati-hati.”

Kegiatan ini tidak hanya berhenti pada satu acara. UPH berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan Kemenkumham dan sekolah-sekolah dalam program pendampingan HAM. “Kami sedang menyusun modul literasi digital khusus pelajar yang akan diimplementasikan di berbagai SMA,” ungkap Lelien Abigail dari Tim Peneliti UPH.

Nathanael Nadine, pemateri lainnya, menegaskan bahwa perubahan perilaku harus dimulai dari diri sendiri. “Setiap siswa punya tanggung jawab untuk menciptakan budaya saling menghargai di dunia nyata maupun digital,” pesannya.