Jawa Timur Melangkah Tangguh Sebagai Gerbang Baru Nusantara

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
Anggota komisi B DPRD Jatim, Deni Prasetya. Foto: Istimewa
Ruang Gentur
Ruang Gentur
Print PDF

Ruang.co.id – Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, Deni Prasetya, dalam refleksi menyambut ulang tahun ke-80 provinsi tersebut, menegaskan bahwa Jawa Timur harus terus mempertahankan momentum untuk tetap bertumbuh dan tangguh. Provinsi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini, menurutnya, telah menunjukkan rekam jejak yang solid melalui kekuatan di tiga pilar fundamental: ekonomi, politik, dan budaya. Keyakinan ini bukanlah sebuah harapan kosong, melainkan dibangun di atas fondasi yang sudah teruji. Deni memandang bahwa usia yang telah mencapai 80 tahun justru menjadi bukti kedewasaan dan ketahanan Jawa Timur dalam menghadapi berbagai dinamika zaman.

“Jawa timur memiliki 38 kabupaten/ kota yang pertumbuhan ekonominya terus berkembang,” ujar Politisi partai Nasdem. Pernyataan ini menegaskan bahwa pertumbuhan itu bersifat inklusif dan merata, tidak hanya terpusat di wilayah metropolitan seperti Surabaya, namun menyebar di seluruh penjuru provinsi.

Lebih dari itu, Deni Prasetya menggali lebih dalam akar perekonomian yang menjadi penopang utama. “Sedangkan akar ekonomi masyarakat Jawa Timur cukup kuat untuk menghadapi tantangan ke depan,” tandas Legislator yang juga menjabat sebagai wakil ketua GP Anshor Jawa Timur tersebut. Kekuatan akar ini merujuk pada ketahanan sektor riil, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta ekonomi kerakyatan yang menjadi nadi kehidupan sehari-hari masyarakat. Ketangguhan ini bukanlah hal yang kebetulan, tetapi merupakan hasil dari interaksi yang dinamis antara kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Deni menambahkan dengan memiliki sumber daya alam yang besar dan sumber daya manusia yang tangguh inilah, Ke depan Jawa Timur akan semakin maju dan bertumbuh baik secara ekonomi, moral dan budayanya. Visi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan yang dikejar bukanlah pertumbuhan yang eksploitatif, tetapi pertumbuhan yang berkelanjutan dan berimbang, mencakup aspek material dan spiritual.

Baca Juga  Kirab Budaya Grebeg Suro Sidokepung: Harmoni Spiritual Eyang Sapujagad dan Persatuan Sidoarjo

Sebagai sebuah terobosan untuk memperkuat fondasi tersebut, ketangguhan Jawa Timur dalam bidang ekonomi dan budaya ini akan semakin terangkat lagi setelah menjalankan program koperasi merah pitih ( KMP ) yang dimana satu desa satu koperasi. Program Koperasi Merah Pitih (KMP) ini merupakan strategi kebijakan yang brilian karena menyentuh level paling dasar dari struktur perekonomian. Dengan menempatkan koperasi sebagai engine growth di setiap desa, geliat ekonomi di tingkat bawah sudah terasa gairahnya. Koperasi tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keuangan, tetapi juga sebagai wadah pemberdayaan yang memobilisasi potensi lokal, menguatkan modal sosial, dan melestarikan kearifan budaya setempat. Hal ini menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang mandiri dan berdaulat, dimana masyarakat desa bukan lagi menjadi objek pembangunan, melainkan subjek yang aktif menggerakkan roda perekonomian mereka sendiri.

Dengan modal dasar ekonomi dan keberagaman budaya yang kuat itulah, Jawa Timur kemudian mencangkan diri menjadi gerbang baru nusantara. Posisi sebagai gerbang baru nusantara ini bukan sekadar jargon, melainkan cerminan dari peran strategis Jawa Timur sebagai penghubung antara Indonesia bagian barat dan timur, sekaligus sebagai pusat pertumbuhan baru yang inklusif. Meskipun demikian, Deni Prasetya tidak menutup mata terhadap realitas yang ada.

“Memang jika dilihat, masih ada pengangguran dan kemiskinan di Jawa Timur. Namun prosentasenya kecil dibandingkan dengan jumlah angka pekerja dan pelaku UMKM yang tersebar di daerah- daerah di Jawa Timur,”. Ungkapnya. Pengakuan yang jujur ini justru menguatkan analisisnya, karena menunjukkan bahwa masalah pengangguran dan kemiskinan tersebut bukanlah fenomena dominan, tetapi lebih merupakan tantangan residual yang dapat diatasi oleh struktur ekonomi yang sudah sehat dan didukung oleh mayoritas masyarakat yang merupakan pekerja dan pelaku UMKM yang produktif. Dengan demikian, perjalanan Jawa Timur menuju usia ke-80 tahun adalah sebuah narasi tentang ketangguhan yang dibangun dari bawah, didorong oleh kebijakan yang tepat sasaran, dan dihidupi oleh semangat masyarakatnya yang tak kenal lelah.

Baca Juga  Kabar Baik untuk UMKM: Penghapusan Piutang Macet Dimulai, Solusi untuk Bangkitkan Usaha Mikro!