Ruang.co.id – Sebuah kabar membanggakan datang dari ujung barat Kota Surabaya. Kelurahan Kedurus, Kecamatan Karangpilang, sukses masuk dalam tiga besar nominasi Lomba Kelurahan Tingkat Provinsi Jawa Timur 2025. Prestasi ini bukan sekadar kebanggaan administratif, melainkan cermin nyata dari semangat gotong royong, solidaritas sosial, dan ketahanan komunitas ala “Kampung Pancasila” yang kini jadi ruh baru kehidupan warga Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menerima langsung kedatangan Tim Penilai Provinsi di Balai Kota, Rabu (4/6). Ia menegaskan bahwa Kedurus bukan sekadar kelurahan biasa, tapi representasi nyata dari wajah Surabaya Masa Depan.
“Hari ini Pemerintah Kota Surabaya diwakili Kelurahan Kedurus, tapi sejatinya kami membentuk Kampung Pancasila di Surabaya. Dan InsyaAllah tahun ini akan terbentuk 500 Kampung Pancasila,” tegas Eri penuh semangat.
Konsep Kampung Pancasila bukan isapan jempol. Di sana, data mikro digarap serius: dari jumlah penduduk, asal-usul, hingga peta stunting dan kemiskinan. Semua tertata dalam basis data akurat, berkat sinergi dengan BPS, Kemendagri, dan Bappenas.
Tapi yang paling mencolok bukan angka, melainkan semangat hidup warganya. Di Kedurus, mereka menciptakan program seperti Nona Centil (inovasi pemberdayaan perempuan), Jebol Anduk (jemput bola administrasi kependudukan), dan kampung wisata berbasis kearifan lokal. Dari tangan warga biasa, lahir gerakan luar biasa.
“Bagaimana orang yang mampu membantu orang yang lemah. Jadi kami membuka donatur untuk orang kampung itu. Orang kampung itu membantu untuk orang yang tidak mampu di kampungnya,” terang Eri, menyoroti pentingnya solidaritas internal.
Ketua Tim Penilai, Budi Sarwoto, turut memberi apresiasi tinggi. Menurutnya, Kedurus tidak hanya unggul dalam dokumentasi, tapi juga inovasi yang menyentuh akar rumput.
“Kami selaku tim penilai akan berlaku objektif. Penilaian ini bukan hanya formalitas, tetapi harus memberi dampak langsung bagi masyarakat,” kata Budi.
Tak berlebihan jika disebut, apa yang dilakukan Kedurus adalah prototipe kemajuan desa berbasis nilai luhur Pancasila. Di era yang sering kali penuh perpecahan dan individualisme, kampung ini justru hadir membawa pesan persatuan dan harapan baru.
Bukan hanya Surabaya, Indonesia membutuhkan lebih banyak “Kedurus-Kedurus” lainnya. Tempat di mana gotong royong bukan kenangan, tapi praktik harian. Di mana perubahan bukan slogan, tapi aksi kolektif yang nyata. Bagi Pemkot lomba ini bukan hanya soal juara, tapi tentang siapa yang paling memberi arti.