Sidoarjo, Ruang.co.id — Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo pada Kamis (16/10/2025) secara tegas menjatuhkan Surat Peringatan kedua (SP-2) kepada kontraktor PT Ardi Tekindo Perkasa (ATP).
Karena progres fisik pembangunan RSUD Sedati tertatih-tatih, baru mencapai ~7,7 % hingga pertengahan Oktober.
Jika dalam tujuh hari kerja ke depan tidak ada lonjakan signifikan, keputusan berikutnya: SP-3 atau pemutusan kontrak.
“Dari rapat SCM akhirnya diputuskan untuk memberikan SP-2 kepada pihak kontraktornya,” tegas M. Ainur Rahman, Asisten 1 Setda Sidoarjo kepada wartawan, Jumat (17/10/2025).
Ia menambahkan, “Saya menekankan agar kontraktor melakukan percepatan pekerjaan. Kalau tetap tidak memenuhi target, bisa diberi SP-3, bahkan berlanjut ke pemutusan kontrak kerja”.
Evaluasi di lapangan mencatat, meskipun pemberian SP-1 sebelumnya dengan harapan percepatan, kontraktor tidak menunjukkan hasil.
Achmad Mukhlis selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) menyebut, “Saat kita beri SP-1, posisi progresnya sekitar 3 %, dan diharapkan pertengahan Oktober mencapai sekitar 33 %. Namun evaluasi tim MK menyimpulkan progres saat ini sekitar 7,7 %. Berarti gagal mencapai target”.
Kontraktor, dalam pernyataan langsung kepada Ruang.co.id, membantah bahwa rapat membahas SP-2. “Rapat tadi tidak membahas surat peringatan, dan rapat belum selesai. Target progres termin 1 sudah mau selesai, tinggal nunggu pencairan penagihannya,” ujar Direktur Utama PT ATP, didampingi jajaran direksi.
“Kami masih nunggu pencairan dari kejar target progres termin satu,” ujar keluh kesahnya.
Mereka menyebut bahwa paket ini merupakan proyek “spesial” karena tanpa Down Payment (DP), dan menambahkan bahwa pancang tiang sudah dikembangkan sendiri.
“Dibilangnya proyek ini paket spesial, gaknpake telor ya, makanya kami mau kerjakan. Proyek – proyek lainnya ada DP,” keluhnya lagi, meski pihaknya sudah menyepakati dn bertandatangan pada lembaran kontrak kerja tanpa DP.
“Soal pancang memang kami memproduksi sendiri, ada 500 pancang lebih … butuh waktu 14 hari per pasang pancangnya,” kilah alasannya.
Dijelaskannya, di lokasi proyek pada Jumat (17/10/2025) menunjukkan lonjakan aktivitas, material besi, batu, pasir menumpuk. Struktur kolom mulai terlihat di atas pondasi.
Pihak PT ATP menyatakan, “Pekerjaan terus kita kebut. Kami optimis bisa menyelesaikan pekerjaan dalam upaya mengejar progres yang ditargetkan … saat ini saja ada sekitar 100-an pekerja, dan dalam waktu dekat semua pilar sudah terbangun”.
Namun catatan kelam PT ATP masih membayangi. Beberapa sumber menyebut PT ATP telah masuk daftar hitam (blacklist) INAPROC sejak 26 Agustus 2025, terkait proyek Gedung AMANAH Aceh senilai Rp 100,2 miliar yang tidak selesai sampai tahap pemeliharaan.
Riwayat keterlambatan lain mencakup proyek RS Balikpapan Barat dan Graha Mojokerto Service City tahap II.
Kapasitas RSUD Sedati sendiri cukup ambisius, gedung tiga lantai dengan 50 tempat tidur, layanan dasar empat spesialisasi (anak, bedah, penyakit dalam, kebidanan), dan fasilitas penunjang seperti UGD, radiologi, laboratorium, farmasi hingga CSSD. Anggaran total diperkirakan mencapai Rp 51–60 miliar dari APBD Sidoarjo.
Bupati Sidoarjo, Subandi, pernah memberi peringatan keras: “Kalau kontraktornya tidak pas, ya jadi bahan candaan, uangnya ada, tinggal kerjakan saja, jangan sampai rakyat yang dirugikan”.
Bahkan Pemkab Sidoarjo juga mencurigai kontraktor menggunakan alasan administratif agar terlambat, padahal dana tersedia.
Ungkapan ambang kegagalan dari Pemkab Sidoarjo untuk menyelesaikan proyek RSUD Sedati tepat waktu, bukan saja soal reputasi pemerintah daerah, tetapi soal janji kepada rakyat Sidoarjo.
Janji memberikan pelayanan kesehatan yang layak dan mudah diakses, akan ripertanyakan. Dengan kondisi saat ini, Dinkes, legislatif, dan publik menuntut satu hal, kontraktor harus memberi bukti kerja nyata — bukan retorika.
Dalam jangka waktu tujuh hari ke depan, masyarakat harus menunggu. Apakah PT ATP mampu menunjukkan lonjakan progres? Atau proyek “paket spesial” prestisius ini akan berujung konflik kontraktual.
Sentra rakyat Sidoarjo, khususnya warga kawasan Sidoarjo Timur, yang menunggu pelayanan kesehatan tertahan? Ruang.co.id akan terus memantau dan mengungkap faktanya.

