Surabaya, Ruang.co.id – Pernahkah kamu memperhatikan betapa tidak menariknya bungkus rokok saat ini? Desain yang monoton, warna-warna suram, dan gambar-gambar peringatan kesehatan yang mencolok seolah-olah sengaja untuk membuat kita jijik. Ternyata, pemilihan warna pada bungkus rokok bukanlah kebetulan. Ada ilmu psikologi yang mendasari penggunaan warna-warna tertentu, terutama warna yang dianggap paling menjijikkan.
Pemilihan Warna Terjelek untuk Bungkus Rokok
Warna memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mempengaruhi emosi dan perilaku manusia. Dalam dunia pemasaran, warna digunakan untuk menciptakan kesan tertentu pada konsumen. Begitu pula dengan bungkus rokok. Dengan memilih warna yang tepat, produsen rokok dapat mengurangi daya tarik, memperkuat pesan kesehatan, dan memenuhi regulasi pemerintah
Salah satu warna yang paling terkenal dalam konteks ini adalah Pantone 448 C. Warna cokelat tua yang suram ini sering disebut sebagai “warna lumpur tua” atau “warna terjelek di dunia”. Warna ini terpilih karena mendapat suara terbanyak merupakan warna yang paling tidak menarik dan paling efektif dalam mengurangi daya tarik rokok.
Australia telah mengambil langkah drastis dalam perang melawan rokok dengan menerapkan kebijakan bungkus rokok polos berwarna Pantone 448 C. Tujuannya sih jelas, biar rokok nggak keliatan keren lagi dan nggak ada yang mau nyoba. Kebijakan ini memang kontroversial, tapi banyak yang dukung karena demi kesehatan masyarakat.
Proses Pembuatan Bungkus Rokok dengan Warna Menjijikkan
Sebelum menentukan warna, dilakukan penelitian mendalam untuk mengidentifikasi warna-warna yang paling tidak disukai oleh konsumen, terutama kelompok sasaran seperti remaja. Setelah melakukan penelitian, dipilihlah warna yang paling sesuai dengan tujuan, yaitu mengurangi daya tarik produk.
Sistem pemilihan warna pantone ini untuk memastikan bahwa warna yang dipilih dapat direproduksi secara akurat pada kemasan. Warna yang dipilih kemudian dipadukan dengan desain kemasan yang sederhana dan minimalis, dengan penempatan gambar peringatan yang mencolok. Desain kemasan yang sudah jadi akan diuji coba pada kelompok fokus untuk melihat reaksi dan efektivitasnya.
Dampak Penggunaan Warna Menjijikkan
Penggunaan warna-warna menjijikkan pada bungkus rokok telah terbukti efektif dalam mengurangi konsumsi rokok, terutama di kalangan remaja. Beberapa studi menunjukkan bahwa kemasan yang tidak menarik dapat mengurangi keinginan untuk mencoba merokok dan mendorong perokok yang sudah ada untuk berhenti.
Pemilihan warna pada bungkus rokok bukanlah keputusan yang sembarangan. Di balik warna-warna suram dan tidak menarik, terdapat strategi pemasaran yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi rokok.
Bagaimana menurut kalian? Apakah regulasi tersebut bisa diterapkan di Indonesia? (R4)