Sidoarjo, Ruang.co.id – Peristiwa ambruknya atap kelas V SD Negeri Sidodadi, Kecamatan Candi, Sidoarjo, pada Jumat pagi (3/1/2024) telah mengguncang perhatian publik. Insiden ini membuat tujuh siswa tertimpa plafon gypsum saat mereka baru memasuki ruang kelas. Beruntung, para siswa hanya mengalami luka ringan dan langsung mendapat perawatan di Puskesmas Candi.
Menurut Kepala SDN Sidodadi, Anita Wanodiya Kurnia, kejadian berlangsung begitu cepat tanpa tanda-tanda sebelumnya. “Sebelumnya tidak terlihat ada indikasi mau ambruk atau bagaimana, tiba-tiba plafon itu ambruk dan menimpa 7 siswa di dalam kelas,” ujar Anita.
Pasca kejadian, aktivitas belajar mengajar dipindahkan ke musala sekolah dan diberlakukan sistem bergantian dengan kelas VI. Perpustakaan yang juga mengalami kerusakan atap tidak dapat digunakan sementara waktu.
Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo, Moch. Dhamroni Cudhlori, bersama anggota Sutadji, langsung meninjau lokasi kejadian pada Sabtu pagi (4/1). Dalam kunjungannya, Dhamroni menegaskan bahwa struktur bangunan yang tidak optimal menjadi penyebab utama plafon ambrol.
“Setelah kita cek, memang kondisi atapnya ambruk karena struktur rancang bangunnya kurang optimal untuk menahan plafon dari bahan gypsum. Harusnya setiap setengah meter ada penyangga, tetapi di bagian tengah dan belakang hanya menggunakan kawat sebagai penahan kerangka plafon galvalum,” ungkap Dhamroni.
Komisi D berkoordinasi dengan Komisi C DPRD untuk mendesak rekanan kontraktor agar meningkatkan kualitas pekerjaan konstruksi. “Ini menyangkut keselamatan siswa untuk jangka panjang. Kontraktor harus lebih hati-hati dalam perencanaan dan pengawasan pekerjaannya,” tambahnya.
Sebagai langkah cepat, Dhamroni memastikan perbaikan atap dilakukan melalui dana Bantuan Tidak Terduga (BTT) Pemkab Sidoarjo. “Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Plt. Bupati untuk segera menyusun anggaran perbaikannya menggunakan BTT,” jelasnya.
Untuk mengatasi keterbatasan ruang, pihak sekolah memberlakukan sistem dua sif antara kelas V dan VI. “Mulai Senin, kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan bergantian karena keterbatasan ruang. Kami berupaya agar siswa tetap dapat belajar dengan nyaman meski situasinya sulit,” ujar Anita.
Insiden ini menjadi pengingat pentingnya kualitas konstruksi bangunan sekolah demi menjamin keselamatan siswa. Media Ruang.co.id akan terus mengawal perkembangan kasus ini hingga tuntas. (DIN)