ruang

Apology Language, Bahasa Permintaan Maaf dalam Pergaulan

Feel Sorry, apology
Ruang Ilham
Ruang Ilham
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.id – Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar tentang “bahasa cinta” atau “love language“, konsep yang diperkenalkan oleh Dr. Gary Chapman. Bahasa cinta ini mencakup lima cara utama seseorang mengungkapkan dan menerima cinta: kata-kata penegasan, waktu berkualitas, pemberian hadiah, tindakan pelayanan, dan sentuhan fisik. Namun, selain bahasa cinta, ada konsep lain yang tak kalah penting dalam hubungan antarmanusia.

Kita sudah membahas tentang stress language. Sekarang perlu kita ketahui juga ada konsep lain dari love language dan stress language, yaitu “bahasa permintaan maaf” atau “apology language“.

Tidak Hanya Love Language, Stress Language Juga Penting

Mengapa Apology Language Penting?

Kesalahan dan konflik adalah hal yang tak terhindarkan dalam setiap hubungan, baik itu hubungan keluarga, persahabatan, maupun hubungan profesional. Cara kita meminta maaf dan menanggapi permintaan maaf dari orang lain sangat mempengaruhi kualitas hubungan tersebut. Bahasa permintaan maaf adalah cara spesifik yang digunakan seseorang untuk menyampaikan penyesalan mereka. Sama seperti bahasa cinta, setiap individu memiliki preferensi berbeda dalam menerima permintaan maaf. Memahami dan menggunakan bahasa permintaan maaf yang tepat dapat membantu memperbaiki hubungan yang rusak dan mengurangi konflik.

Lima Bahasa Permintaan Maaf

Dr. Gary Chapman dan Dr. Jennifer Thomas mengidentifikasi lima macam apology language yang berbeda:

  1. Mengungkapkan Penyesalan (Expressing Regret). Bahasa permintaan maaf ini melibatkan pengungkapan rasa sesal secara langsung. Kalimat yang sering digunakan adalah “Saya minta maaf.” Ini menunjukkan bahwa kamu benar-benar menyesali perbuatan kamu dan merasa bersalah atas kesalahan yang telah terjadi.
  2. Mengambil Tanggung Jawab (Accepting Responsibility). Dalam bahasa ini, kamu mengakui bahwa kesalahan adalah sepenuhnya tanggung jawab kamu. Kamu bisa mengatakan, “Itu salah saya.” Mengambil tanggung jawab penuh menunjukkan bahwa kamu tidak mencari alasan atau menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah terjadi.
  3. Melakukan Restitusi (Making Restitution). Bahasa ini fokus pada upaya untuk memperbaiki kesalahan. Kalimat yang sering digunakan adalah, “Bagaimana saya bisa memperbaikinya?” Ini menunjukkan niat kamu untuk memperbaiki situasi dan mengembalikan hubungan ke kondisi semula.
  4. Tulus Bertobat (Genuinely Repenting). Ini melibatkan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan. Kamu bisa mengatakan, “Saya akan berusaha agar tidak mengulanginya lagi.” Tulus bertobat menunjukkan bahwa kamu serius ingin berubah dan menghindari kesalahan yang sama.
  5. Meminta Pengampunan (Requesting Forgiveness). Bahasa ini melibatkan permintaan maaf yang mendalam dan memohon pengampunan. Kalimat yang digunakan bisa berupa, “Bisakah kamu memaafkan saya?” Meminta pengampunan menunjukkan bahwa kamu menghargai hubungan tersebut dan berharap orang yang telah disakiti dapat memberi kamu kesempatan kedua.
Baca Juga  Kiat Sukses Raditya Dika Capai Financial Freedom di Usia 30-an

Mengintegrasikan Bahasa Permintaan Maaf dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa permintaan maaf yang tepat dapat sangat membantu dalam memperbaiki dan memperkuat hubungan. Sama seperti memahami bahasa cinta pasangan atau teman, mengetahui bahasa permintaan maaf mereka dapat membuat proses rekonsiliasi lebih efektif dan bermakna. Dalam situasi konflik, cobalah untuk mengenali bahasa permintaan maaf yang paling resonan dengan orang yang kamu hadapi dan gunakan bahasa tersebut untuk menyampaikan penyesalan kamu.

Dengan mengenali dan mengaplikasikan kedua konsep ini, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat, lebih pengertian, dan lebih damai. (R4)