Atasi Banjir di Sidoarjo, Pokir Ketua DPRD Jadi Nafas Baru di Kali Code Menyulut Gerakan Rawat Sungai

Gerakan bersih Kali Code menginspirasi wartawan Sidoarjo dalam Kunker 2025 untuk membangun budaya kebersihan sungai yang adaptif dan humanis. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Yogyakarta, Ruang.co.id – Aroma tanah basah menyapu hidung, ketika matahari pagi memantul pelan di permukaan Sungai Kali Code. Suara percik air bertemu derak sapu lidi, seolah sungai itu sedang menghirup napas baru.

Di tepian itulah, 172 wartawan Sidoarjo, Ketua DPRD Sidoarjo, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) beserta jajaran Diskominfo, dan para pegiat lingkungan Yogyakarta, bertemu dalam perjalanan Kunjungan Kerja (Kunker) 2025 bertema ā€œJurnalisme Adaptif dan Inovasi Digital untuk Pelestarian Lingkungan.ā€

Hari itu, selama tiga hari, mulai Rabu (5/11/2025), menjadi panggung besar kolaborasi tiga elemen yang jarang duduk bersama secara mendalam.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, legislatif, dan jurnalis. Mereka tidak datang untuk melihat sebuah sungai. Mereka datang untuk mencari kunci perubahan.

Di Sidoarjo, di musim hujan, banjir masih mengintai di berbagai titik. Data BPBD Sidoarjo 2024 menunjukkan lebih dari 21 titik genangan, termasuk kawasan Waru, Buduran, Sidoarjo Kota, dan Porong.

Penyebabnya terus berulang, luapan sungai, sampah domestik, sedimentasi, dan perilaku masyarakat yang membuang limbah ke aliran air.

DPRD menilai bahwa perlindungan sungai, tidak cukup hanya dengan pengerukan atau pembangunan fisik. Perlu budaya baru. Perlu gerakan manusia.

Karena itulah mereka datang ke Kali Code. Mereka datang melalui program kerja Pokir (Pokok Pikiran) Ketua DPRD Sidoarjo, Abdillah Nasih.

Api Semangat dari Bantaran Sungai

Empat bus pariwisata moda transportasi darat, berangkat dari Mall Pelayanan Publik (MPP) Sidoarjo, membawa rombongan besar itu menuju jantung Yogyakarta. Bagi banyak wartawan, perjalanan ini tidak hanya melksanakan tugas. Bagi beberapa dari mereka, ini adalah pencarian jawaban.

Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo, Abdillah Nasih, berdiri di depan para jurnalis saat sesi diskusi para jurnalis dimulai, sebagai salah satu narasumber (narsum).

Baca Juga  LKPJ Bupati Subandi Diboikot? Sidang Paripurna Sidoarjo Sepi Wakil Rakyat

Dengan suara tegas ia mengatakan, ā€œPers berperan strategis menjaga akuntabilitas pemerintah. Ketika jurnalis menyuarakan kepedulian lingkungan, masyarakat ikut bergerakā€.

Pernyataannya menjadi bara semangat bagi peserta yang datang dari sembilan organisasi pers, termasuk kelompok organisasi profesi yang paling solid, Jurnalis Online Siber Sidoarjo (JOSS).

Ketua JOSS, Agus Susilo, tampil dengan nada penuh energi. Ia menggerakkan ruangan ketika berkata, ā€œKami hadir dengan komitmen penuh. JOSS bergerak sebagai organisasi profesional yang ingin menularkan nilai-nilai budaya bersih dan peduli lingkungan kepada generasi Z dan generasi mudaā€.

Panel diskusi saat itu, menghadirkan tiga tokoh narsum pemateri, yakni Abdillah Nasih (Ketua DPRD Sidoarjo), Rosarita Niken Widiastuti (Ketua Komisi Kemitraan Dewan Pers), dan Farida Dewi Maharani (Plt. Direktur Ekosistem Media Komdigi RI).

Mereka membedah hubungan jurnalisme, tata kota, dan budaya sungai. Dan semuanya bermuara pada satu pesan, Sidoarjo butuh gerakan kolaborasi kolektif.

Potret Kebersihan yang Diperjuangkan Warga

Perubahan Kali Code bukan hanya proyek pemerintah daerah Yogyakarta. Itu lahir dari tangan warga. Dari niat, keringat, dan kegigihan.

Ketua Bank Sampah MAS JOS, Sri Sumaini (67), menjadi saksi hidup transformasi itu. Dengan suara yang lugas ia mengatakan, ā€œDi sini ada 250 keluarga. Sebanyak 207 keluarga bergabung dalam Bank Sampah MAS JOS. Kami membersihkan bantaran sungai setiap pekan dan mengolah sampah organik maupun anorganik menjadi produk bernilai. Kami bergerak dengan keyakinan, sungai adalah nadi hidup kampung kamiā€.

Gerakan MAS JOS tidak hanya memunguti sampah. Mereka mengubahnya menjadi kerajinan, pupuk, bahkan ruang edukasi bagi anak-anak generasi Z dan menjadi penghasilan kolektif.

Data DLH Kota Yogyakarta 2024 menunjukkan bahwa program jaring sampah, edukasi pemilahan, dan relawan dini sungai berhasil menurunkan volume sampah Kali Code hingga 38% dalam dua tahun. Angka itu membuat banyak rombongan wartawan Sidoarjo tertegun.

Baca Juga  SEMMI Dukung DPRD Sidoarjo Tolak LPP APBD 2024: ā€œPemerintah Butuh Evaluasi Menyeluruh!ā€

Sidoarjo sendiri memiliki lebih dari 17 sungai besar dan kecil yang berpotensi meluap, termasuk Sungai Kedunglarangan, Sungai Brantas, Sungai Sadar, Sungai Buntung, dan Sungai Porong. Semua sungai itu butuh budaya baru, bukan cuma perbaikan rutinitas teknis, disaat atau menjelang datangnya curah hujan.

Media, Budaya, dan Jalan Pulang ke Sidoarjo

Dalam sesi penjelasan historis, Kabid PIKP Diskominfo Sidoarjo, Muhammad Wildan, memberi gambaran yang menyentuh, dalam diskusi ringan dengan kelompok organisasi profesi jurnalis JOSS usai materi panel. Bahkan, disertai sembari ngopi bareng.

ā€œSejak masa Mataram, aliran Sungai Code menjadi ruang hidup masyarakat. Aktivitas ekonomi tumbuh di sini. Kampung terbentuk di sini,ā€ Wildan mulai mengisahkan.

Ia menambahkan cerita yang lebih menarik untuk disimak, ā€œPerubahan besar muncul saat warga membangun kesadaran kolektif. Mereka bukan hanya memperbaiki rumah, tetapi memperbaiki cara berpikir tentang lingkunganā€.

Kalimat itu menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Antara Yogyakarta dan Sidoarjo.

Kunker 2025 kemudian diarahkan menjadi misi budaya, selaras dengan program kerja prioritas JOSS di tahun ini. Yaitu bagaimana wartawan dapat memancing kesadaran publik lewat karya jurnalistik yang konsisten, edukatif, dan patriotik.

Agus Susilo Ketua JOSS, menyisipkan kalimat dalam obrolan ringan namun bermakna, ā€œBudaya bersih dan peduli lingkungan harus diwariskan kepada generasi Z. Mereka kelak menjadi pemimpin bangsa. Kami membawa misi budaya, bukan hanya rutinitas liputanā€.

Kunker Wartawan Sidoarjo melakukan simbolik tebar benih ikan di Kali Code Yogyakarta. Foto Istimewa

Kali Code, Cermin Masa Depan Sidoarjo

Menjelang siang, rombongan berjalan menyusuri tepian sungai. Cahaya lembut memantul di air yang mengalir tenang. Di bawah bayangan pepohonan, beberapa wartawan terdiam lama untuk mengamati dan mencermati.

Mereka tidak hanya melihat sungai. Mereka melihat kemungkinan. Teringat malam sehari sebelumnya, Cak Nasik, sapaan akrab Abdillah Nasih, menutup sesi panel diskusi dengan pesan yang jujur dan menggugah.

Baca Juga  Festival Simfoni Keroncong 2025: Sidoarjo Bangkit Melodi Budaya

ā€œMenjaga sungai bukan hanya membersihkan airnya, tetapi menginspirasi membersihkan cara pandang kita terhadap lingkungan. Terkait kebersihan lingkungan, jurnalis bukan hanya memberitakan, tapi juga sebagai penggerak perubahanā€.

Kali Code akhirnya tidak hanya mengajarkan tentang kebersihan. Kali Code mengingatkan bahwa perubahan butuh tangan, suara, dan keberanian insan Pers.

Dari Yogyakarta, rombongan wartawan Sidoarjo kini membawa pulang nafas baru. Menggugah gerakan budaya sadar menjaga kebersihan lingkungan, merawat dan melestarikan lingkungan sungai, dari dan untuk semua lapisan masyarakat Sidoarjo.