Belatung di Nasi Sekolah Tak Sengaja atau Abai? di Balik Program Makan Bergizi

belatung di makanan sekolah
Ditemukan belatung dalam makanan program MBG di Kediri! Simak fakta lengkap kasus yang buktikan abainya pengawasan gizi anak sekolah. Foto: Medsos/Ist
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Kediri, Ruang.co.id – Janji mulia pemerintah soal ā€œMakan Bergizi Gratisā€ ternyata masih ada yang belum sepenuhnya dilaksanakan profesional dan kesungguhan di daerah. Di tengah semangat pemerataan gizi anak bangsa, justru ditemukan realita mengejutkan! Ada belatung dalam nasi dan buah busuk tersaji di piring-piring ompreng berbahan stainless steel makan anak sekolah di Kabupaten Kediri. Fenomena ini bukan hanya mengoyak selera makan, tapi juga menyayat akal sehat profesionalisme kerja.

Kasus inipun ramai jadi buah karya jurnalistik media siber yang terungkap di dua sekolah, yakni di SMK Bhakti Mulya Pare dan SDN Tulungrejo II. Bukannya menu sehat bergizi, saat Selasa pagi (20/5) pukul 10.00 WIB dalam pelaksanaan makan bersama gratis, para siswa kenyataannya menerima makanan yang memprihatinkan. Ini bukan sekadar kesalahan teknis, ini soal kesehatan tubuh dan nyawa, masa depan, dan rasa hormat terhadap generasi penerus.

ā€œKetika anak-anak sekolah disuguhi makanan yang tak layak, yang terluka bukan cuma perut mereka, tapi juga harga diri bangsa,ā€ tegas Ketua Harian DPP PSM Banaspati Mojopahit kepada awak media peliput, Kamis (22/5). Ia juga menyatakan akan mengawasi ulang seluruh rantai penyedia makanan sekolah dan meninjau kualitas bahan baku.

Yang lebih mengejutkan, pihak sekolah memilih bungkam. Tak ada klarifikasi, apalagi permintaan maaf. Seolah-olah diam bisa menyapu bersih tanggung jawab. Di sinilah letak persoalan paling menyakitkan: budaya abai dan pembiaran, yang bersembunyi di balik seremonial dan citra publik semu.

Padahal, program makan gratis bukan proyek biasa. Ini adalah simbol cinta negara kepada anak-anaknya. Jika makanan saja tak bisa dijamin kualitasnya, bagaimana mungkin kita berharap generasi yang sehat dan cerdas?

Baca Juga  Jangan Tertipu Hoaks! Surabaya Buktikan Anggaran Pendidikan Lebihi 20% dengan Data Transparan

ā€œKalau belatung sudah masuk ke nasi, maka belatung sesungguhnya ada di dalam mental para pelaksana program,ā€ ujar seorang warga setempat menolak sebut nama yang geram menyaksikan kondisi ini viral di media sosial.

Kini publik menuntut lebih dari sekadar pernyataan prihatin. Butuh audit total, pemecatan bagi yang lalai, serta reformasi dari hulu ke hilir. Kiranya sudah cukup gaya-gayaan. Saatnya fokus pada karya nyata!.

Masyarakat, khususnya kawula muda, kini tak lagi mudah terbuai narasi indah tanpa bukti. Mereka ingin perubahan konkret. Karena anak-anak kita berhak atas makanan yang layak, bukan sisa ataupun makanan kadaluwarsa, bukan aib maupun alibi, apalagi belatung. Jika pelksana daerah abai, juga berdampak pada negara gagal menjaga yang paling dasar, rakyatl pada akhirnya yang dirugikan.