Sidoarjo, Ruang.co.id ā Puluhan tokoh budaya, budayawan, dan tokoh lintas agama larut dalam suasana haru saat menggelar doa bersama di halaman Museum Negeri Mpu Tantular, Jumat malam (3/10/2025).
Acara ini dipersembahkan untuk para santri korban ambruknya Musala dan asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Asap dupa mengepul di antara kerumunan, menjadi simbol doa, kepedulian, dan solidaritas lintas iman.
Bukan sekadar ritual, momen ini menjelma ruang penyatuan hati. Sekat perbedaan agama dan budaya luruh demi kemanusiaan.
Sujani, penggagas Ruang Publik Sidoarjo (RPS) yang akrab disapa āBupati Swasta Sidoarjoā, menegaskan bahwa doa ini lahir dari hati tulus semua elemen masyarakat.
āDoa bersama ini merupakan bagian dari kepedulian semua. Mulai dari orang NU, komunitas budaya, sahabat Kristiani, hingga aktivis sosial. Tujuannya satu, agar almarhum diterima di sisi Tuhan dan keluarga diberi ketabahan. Untuk santri yang dirawat, semoga lekas pulih,ā ungkap Sujani dengan suara bergetar.
Dari kalangan pegiat sosial, pengurus Persatuan Budayawan Jagat Suwung Nusantara (PBJSN), Dento, menekankan makna kepekaan sosial.
āKami percaya, duka ini bukan hanya milik keluarga korban, melainkan duka kita bersama. Tugas kita adalah saling menguatkan, saling menolong, dan terus merawat kebersamaan. Inilah esensi budaya dan kemanusiaan,ā tegasnya.
Doa lintas iman dipimpin oleh Gus Abdul Basith dan Ki Suryo. Dalam lantunannya, Gus Basith menegaskan nilai universal dari doa bersama.
āKami menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Semoga amal ibadah para santri diterima Allah SWT, keluarga diberi kesabaran, dan masyarakat semakin solid menghadapi cobaan ini,ā tuturnya.
Selain doa, PBJSN bersama Barisan Pejuang Kebudayaan Bangsa (BPKB) sepakat membuka posko terapi dan pendampingan. Posko ini diperuntukkan bagi relawan dan masyarakat yang kelelahan secara fisik maupun psikis akibat tragedi.
Acara ditutup dengan doa lintas keyakinan yang dibacakan bergantian. Jamaah pulang dengan hati luluh, membawa pesan penting: kemanusiaan selalu lebih besar dari sekat perbedaan.
Tragedi runtuhnya Musala dan asrama Ponpes Al Khoziny pada Rabu (29/9/2025) lalu, menewaskan sejumlah santri dan melukai belasan lainnya.
Data resmi dari BPBD Sidoarjo hingga Jumat malam pukul 21.00 WIB menyebutkan, sedikitnya 16 santri tewas dan 166 lainnya yang berhasil di evakuasi.

