Ruang.co.id – Kabar munculnya varian baru Covid-19 kembali mencuat di berbagai media. Sebelum khawatir berlebihan, mari kita pahami fakta medis terbaru dan langkah praktis menghadapinya dengan kepala dingin. Prof. Chandra Yoga Aditama, pakar kesehatan dari Universitas Yarsi, menegaskan bahwa kewaspadaan memang diperlukan, tapi kepanikan justru bisa memperburuk situasi. Senin, (02/6/2025).
Dinamika Virus Corona yang Terus Bermutasi
Virus corona telah menjadi bagian dari kehidupan kita selama beberapa tahun terakhir. Perubahan varian sebenarnya adalah hal yang wajar dalam siklus hidup virus. Menurut penjelasan Prof. Chandra, varian terbaru ini memang menunjukkan tingkat penularan yang lebih cepat dibanding pendahulunya. Namun, kabar baiknya adalah bahwa tingkat keparahan gejala dan angka kematian justru lebih rendah.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa sebagian besar kasus varian baru hanya menimbulkan gejala ringan seperti flu biasa. Beberapa pasien bahkan melaporkan hanya mengalami kelelahan dan sakit kepala tanpa disertai gejala pernapasan yang berarti. Ini berbeda jauh dengan gelombang pertama pandemi yang sempat membuat rumah sakit kewalahan.
Langkah Konkret Menjaga Kesehatan Tanpa Rasa Takut
Masyarakat sebaiknya fokus pada pencegahan aktif daripada terlarut dalam kecemasan. Salah satu cara paling efektif adalah dengan konsisten menerapkan protokol kesehatan dasar. Penggunaan masker di tempat umum, terutama di ruang tertutup dan transportasi publik, masih menjadi benteng pertahanan utama.
Selain itu, vaksinasi booster terbukti masih memberikan perlindungan signifikan. Bagi yang belum mendapatkan dosis terbaru dalam enam bulan terakhir, sebaiknya segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat. Imunitas yang terbentuk dari vaksinasi lengkap ditambah booster bisa mengurangi risiko gejala berat hingga 70 persen.
Membedakan Gejala Covid-19 dengan Penyakit Lain
Di tengah musim pancaroba seperti sekarang, banyak penyakit yang gejalanya mirip dengan Covid-19. Tes antigen atau PCR tetap menjadi cara paling akurat untuk memastikan diagnosis. Jika mengalami demam disertai batuk lebih dari tiga hari, ada baiknya segera memeriksakan diri.
Yang tak kalah penting adalah tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan. Maraknya hoaks kesehatan di media sosial seringkali memicu kepanikan tidak perlu. Pastikan selalu memverifikasi informasi dari sumber resmi seperti Kementerian Kesehatan atau situs WHO.
Kapan Harus Mencari Pertolongan Medis?
Meski sebagian besar kasus varian baru bersifat ringan, ada beberapa tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan. Saturasi oksigen di bawah 95 persen, sesak napas berat, atau penurunan kesadaran adalah kondisi gawat darurat yang memerlukan penanganan segera. Bagi kelompok rentan seperti lansia dan penderita komorbid, pemantauan ekstra sangat dianjurkan.
Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Ketidakpastian
Aspek psikologis sering terlupakan dalam menghadapi pandemi. Rasa cemas berlebihan justru dapat menurunkan imunitas tubuh. Cobalah untuk tetap melakukan aktivitas positif seperti olahraga ringan, meditasi, atau sekadar menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga.
Prof. Chandra menekankan bahwa gaya hidup sehat harus menjadi prioritas utama, terlepas dari ada atau tidaknya pandemi. “Pola makan bergizi, istirahat cukup, dan manajemen stres adalah kunci ketahanan tubuh menghadapi berbagai penyakit,” ujarnya.

