Ruang.co.id — Di tengah geliat aktivitas masyarakat yang kembali normal pasca pandemi, Kementerian Kesehatan RI menerbitkan Surat Edaran terbaru sebagai alarm halus atas kembali meningkatnya kasus Covid-19 di kawasan Asia Tenggara. Meski tak lagi seganas dahulu, virus ini tetap berpotensi mengganggu ritme kehidupan kita yang kini mulai nyaman dengan rutinitas.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, merespons surat edaran tersebut dengan imbauan bijak yang menyentuh sisi kemanusiaan: gunakan masker bila sedang tidak sehat. Pesannya bukan tentang ketakutan, tapi tentang empati. “Covid-nya kan seperti batuk pilek saja, tidak seperti Covid-19 yang dulu,” ujar Eri, menggarisbawahi perbedaan karakter virus saat ini.
Namun ia juga tak menyepelekan. “Kalau memang meriang, pilek, batuk, tolong menggunakan masker. Sehingga apa, tidak menularkan kepada orang lain”.
Imbauan ini mengandung pesan edukatif yang sangat kuat namun sederhana: masker kini bukan simbol wabah, melainkan wujud nyata kepedulian pada sesama.
Dengan mengenakannya saat sakit, kita bukan hanya menjaga diri, tapi juga melindungi mereka yang rentan di sekitar kita, anak-anak, lansia, hingga tenaga kerja yang setiap hari bergantung pada kesehatan tubuhnya.
Fakta bahwa belum ada temuan kasus baru di Surabaya tak lantas membuat kota ini lengah. Justru dengan kesiapsiagaan yang tenang, masyarakat diajak untuk proaktif mendeteksi gejala sekecil apapun. Pemeriksaan dini adalah langkah cerdas, bukan karena takut, tapi karena peduli.
Gaya hidup sehat yang adaptif kini menjadi pilihan, bukan paksaan. Masker, cek kesehatan mandiri, dan etika batuk bukan lagi sekadar protokol, tetapi bagian dari gaya hidup baru generasi muda dan urban yang sadar akan tanggung jawab sosial.
Langkah sederhana seperti memakai masker saat sedang flu bukan sekadar solusi medis, tapi juga cerminan moral: kita sadar bahwa sehat adalah hak bersama, dan menjaganya adalah tugas bersama.
Ini bukan hanya soal melawan virus, tetapi kata Eri tentang membangun budaya saling jaga yang lebih matang dan beradab. Di tengah dunia yang makin terbuka, justru solidaritas seperti inilah yang paling menular secara positif.