Cortisol Belly Waspada Perut Buncit Akibat Stres Kronis dan Cara Mengatasinya Secara Alami

Cortisol belly
Cortisol belly adalah dampak stres berkepanjangan yang memicu lemak perut dan risiko kesehatan. Foto: @Freepik.com
Ruang Nyala
Ruang Nyala
Print PDF

Ruang.co.id – Perut buncit tak kunjung hilang meski sudah diet ketat? Bisa jadi Anda menghadapi cortisol belly, kondisi unik di mana hormon stres kortisol memicu penumpukan lemak visceral di area perut. Masalah ini tidak sekadar mengganggu penampilan, tetapi juga menjadi alarm bagi risiko tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, hingga penyakit jantung. Sabtu, (12/4/2025).

Fenomena ini kerap dialami orang dengan gaya hidup tinggi stres, seperti pekerja korporat atau ibu rumah tangga dengan beban multitasking. Menurut penelitian dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, kadar kortisol yang terus-menerus tinggi mengacaukan metabolisme tubuh, meningkatkan nafsu makan berlebihan, dan mengubah pola penyimpanan lemak.

Mengenal Gejala Cortisol Belly dari Fisik hingga Mental

Cortisol belly tidak hanya ditandai dengan pembesaran lingkar perut. Ada beberapa gejala lain yang sering diabaikan namun berkaitan erat dengan kelebihan hormon stres. Secara fisik, penderita mungkin mengalami wajah membulat seperti bulan (moon face), munculnya stretch mark keunguan di area perut, atau timbunan lemak di punggung atas yang menyerupai punuk.

Di tingkat yang lebih serius, gangguan tidur seperti insomnia atau sering terbangun di malam hari bisa menjadi pertanda. Tubuh yang seharusnya beristirahat justru terjebak dalam mode “waspada” akibat kortisol. Tidak hanya itu, hasrat mengonsumsi makanan manis atau berlemak secara tiba-tiba juga kerap muncul sebagai bentuk pelarian dari stres psikologis.

Akar Masalah: Mengapa Stres Memicu Lemak Perut?

Mekanisme biologis di balik cortisol belly sebenarnya adalah bentuk perlindungan alami tubuh. Ketika menghadapi stres akut—baik fisik maupun emosional—kelenjar adrenal melepaskan kortisol untuk menyiapkan energi darurat. Namun, dalam kondisi stres kronis, hormon ini justru menjadi bumerang.

Baca Juga  Wyndham Hotel Surabaya, Nikmati Yoga di Peringatan Earth Hour

Kortisol mengganggu kerja hormon leptin yang bertugas mengirim sinyal kenyang ke otak. Akibatnya, Anda cenderung makan berlebihan tanpa merasa puas. Selain itu, hormon ini juga memicu pemecahan otot dan penyimpanan lemak di sekitar organ abdominal sebagai cadangan energi. Kombinasi inilah yang menjelaskan mengapa perut menjadi area paling rentan membesar.

Faktor eksternal seperti konsumsi alkohol berlebihan, kebiasaan begadang, atau trauma masa kecil dapat memperparah kondisi ini. Sebuah studi dari Harvard Medical School menemukan bahwa orang dengan riwayat depresi memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami penumpukan lemak visceral.

Strategi Holistik untuk Mengurangi Cortisol Belly

Memutus Rantai Stres dengan Pendekatan 360°

Manajemen stres adalah kunci utama mengatasi cortisol belly. Aktivitas fisik seperti yoga atau tai chi terbukti efektif menurunkan kadar kortisol sekaligus melatih pernapasan. Sebuah riset dalam Journal of Alternative Medicine menunjukkan, praktik mindfulness selama 8 minggu mampu mengurangi lemak perut hingga 3% tanpa perubahan diet.

Nutrisi Cerdas untuk Menyeimbangkan Hormon

Pola makan berperan besar dalam mengontrol kortisol. Asupan magnesium dari bayam atau kacang almond membantu menstabilkan sistem saraf. Sementara omega-3 dari ikan salmon atau chia seed mengurangi peradangan akibat stres kronis. Hindari gula rafinasi yang dapat memicu fluktuasi energi dan keinginan makan emosional.

Intervensi Medis untuk Kasus Ekstrem

Pada kondisi seperti sindrom Cushing—penyakit langka dengan produksi kortisol berlebih—konsultasi dokter wajib dilakukan. Terapi obat seperti ketoconazole atau operasi pengangkatan tumor adrenal mungkin diperlukan. Namun, bagi kebanyakan orang, modifikasi gaya hidup tetap menjadi solusi paling berkelanjutan.